Sabtu, 30 Maret 2013

Cerdas Mengelola Amal

Orang yang cerdas dan berpikiran sehat adalah mereka yang mengelola amal-amalnya sehingga semua kegiatan mereka menjadi sempurna.

---Habib Muhammad bin Abdullah bin Syeikh Alaydrus---

Abu Husein Al-Nury, Sufi yang Diselimuti Cahaya

Ia terkenal sebagai seorang Zahid yang menafikan keduniawian. Begitu dalam cintanya kepada Allah hingga dijuluki Al-Nury, “Yang Dianugrahi Cahaya”.
 Dalam jagat sufistik, perjalanan seorang sufi yang berziarah ke berbagai tempat suci bisa menampilkan berbagai perbuatan menjadi hikmah keronahian dengan nilai-nilai spritual yang luar biasa. Mereka meninggalkan jejak-jejak spritual – adakalanya berupa karya tulis yang monumental – yang sampai sekarang tetap menjadi rujukan para penganut sufi.
Beberapa di antara mereka, misalnya Syekh Abdul Qadir Jailani, Sarry As-Saqaty, Junaid Al-Bagdadi, Fariduddin Aththar, Abu Husien Al-Nury, dan sebagainya. Mereka adalah tokoh sufi garda depan yang hingga kini belum tertandingi ketokohannya. Seorang diantara mereka, yaitu Abu Husien Al-Nury, punya keistimewaan justru karena mendapat julukan “Al-Nury”, yaitu “Yang mendapat anugrah cahaya” dari Allah SWT.

Antara Ahlissunnah Wal Jama’ah dan Ahli Fitnah

Ahlissunnah Wal Jama’ah
Ahlissunnah Wal Jama’ah adalah Manhaj beraqidah yang benar dengan dua ciri. Pertama: mereka sangat mencintai keluarga Nabi Muhammad SAW. Kedua: mereka juga sangat mencintai Sahabat Nabi Muhammad SAW.
Maka tidak cukup orang mengaku beragama Islam akan tetapi dengan mudah mereka mencaci para Sahabat Nabi Muhammad SAW. Dan yang keluar dari Ahlissunnah Wal Jama’ah model ini diwakili oleh kelompok Syi’ah (Syi’ah Imamiyah Itsnata ’Asyariyah) dengan ciri khas paling menonjol dari mereka adalah mengagungkan Ahlibait Nabi Muhammad SAW akan tetapi merendahkan para Sahabat Nabi Muhammad SAW.

Jumat, 29 Maret 2013

Abdurrahman Al-Ghafiqi, Terulangnya Duka di Perang Uhud (5 – habis)

Pada hari-hari berikutnya pertempuran berlangsung makin seru. Kaum muslimin menggempur pasukan Perancis dengan ganas dan berani. Perang berlangsung selama tujuh hari dengan dahsyat dan seru. Pada hari kedelapan kaum muslimin melancarkan serangan mendadak sehingga mereka dapat melumpuhkan barisan tengah. Waktu itu, kaum muslimin melihat cahaya kemenangan seperti cahaya subuh yang nampak di kegelapan.
Namun waktu itulah, sekelompok tentara Perancis menyerang gudang penyimpanan harta rampasan kaum muslimin. Ketika kaum muslimin melihat harta rampasannya hanpir berada di tangan musuh, banyak dari mereka yang kembali. Barisan tentara kaum muslimin menjadi kocar kacir. Panglima Al-Ghafiqi memompa semangat pasukannya untuk terus menyerang dan menutup celah-celah yang dapat ditembus musuh.

Abu Nawas dan Kisah Enam Ekor Lembu yang Pandai Bicara

Pada suatu hari, Sultan Harun al-Rasyid memanggil Abu Nawas menghadap ke Istana. Kali ini Sultan ingin menguji kecerdikan Abu Nawas. Sesampainya di hadapan Sultan, Abu Nawas pun menyembah. Dan Sultan bertitah, “Hai, Abu Nawas, aku menginginkan enam ekor lembu berjenggot yang pandai bicara, bisakah engkau mendatangkan mereka dalam waktu seminggu? Kalau gagal, akan aku penggal lehermu.
“Baiklah, tuanku Syah Alam, hamba junjung tinggi titah tuanku.”

Abdurrahman Al-Ghafiqi dan Pertempuran Balathu Asy-Syuhada (4)

Jatuhnya kota Bordeaux ke tangan kaum muslimin merupakan batu loncatan bagi kejatuhan kota-kota penting lainnya, antara lain, Lyons, Bourbonnais dan Cannes. Kota terakhir ini terletak sekitar seratus mil dari Kota Paris. Seluruh kota terguncang atas jatuhnya sebagian besar wilayah Prancis bagian selatan ke tangan Panglima Abdurrahman Al-Ghafiqi, hanya dalam waktu beberapa bulan. Al-Ghafiqi bahkan dapat membebaskan beberapa daerah itu hanya dalam satu gebrakan.
Kini, di setiap tempat di Eropa ramai terdengar seruan untuk menghentikan bahaya yang datang dari timur itu. Seruan itu menghimbau seluruh penduduk Eropa untuk membendung bahaya dari timur itu “dengan dada jika pedang telah jatuh”,  dan “mwnutup jalan di depannya dengan anggota badan ketika alat perang telah habis.” Seluruh Eropa memenuhi seruan itu. Mereka berkumpul di bawah pimpinan Karel Martel.

Abdurrahman Al-Ghafiqi dan Bala Tentara yang Cinta Syahid (3)

Ketika permohonan Abdurrahman Al-Ghafiqi datang kepada Utsman untuk menyerang daerah kekuasaan ayah Minin, ia merasa bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Di satu sisi ia harus mengamankan daerah itu, karena terikat perjanjian dengan ayah Minin, tapi di sisi lain ia harus memenuhi permohonan Al-Ghafiqi. Akhirnya, pilihan pertamalah yang diambl oleh Utsman. Ia segera menulis surat balasan kepada Al-Ghafiqi, ia beralasan bahwa ia tidak dapat memenuhi perintah tersebut karena telah terikat perjanjian dengan Raja Aquitane, dan ia tidak bisa merusak perjanjian dengannya sebelum masa perjanjian itu habis.
Surat balasan itu membuat Abdurrahman Al-Ghafiqi geram. Iapun kemudian mengutus seseorang untuk menyampaikan surat kepada Utsman. Dalam surat itu Al-Ghafiqi menekan Utsman agar melaksanakan perintahnya tanpa ragu-ragu, karena perjanjian antara Utsman dan Raja Perancis itu dibuat tanpa sepengetahuan Gubernur Muslim yang membawahi Utsman.

Abdurrahman Al-Ghafiqi: Kata-kata dan Perbuatan (2)

Setiap kali mengunjungi daerah kekuasaan kaum muslimin, dia selalu mengajak orang-orang untuk shalat berjemaah. Ia juga menganjurkan mereka untuk terus berjihad, dan menyemangati mereka agar selalu mengharapkan ridlo Allah swt dan berbahagia dengan pahalanya. Ucapan Abdurrahman Al-Ghafiqi selalu disertai dengan perbuatan. Jika ia bercita-cita selalu disertai dengan usaha. Maka langkah pertama untuk memperkuat daerah kekuasaannya adalah dengan mengadakan persiapan dan melengkapi persenjataan, memperbaiki kamp tentara yang berdekatan dengan daerah musuh, membangun benteng-benteng, membangun jembatan. Diantara jembatan terbesar yang ia bangun adalah jembatan Qurthubah (dalam literatur Inggris disebut Cordova), ibukota Andalusia (kini Spanyol).

Abdurrahman Al-Ghafiqi: Tombak yang Selalu Terhunus (1)

Suatu ketika Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz melakukan evaluasi menyeluruh terhadap berbagai kebijakan khalifah sebelumnya, Sulaiman bin Abdul Malik. Ia meninjau ulang para Gubernurnya di berbagai daerah. Sebagian tetap pada kedudukannya, sebagian lagi diganti dengan pejabat baru.
Orang pertama yang diangkat sebagai Gubernur adalah Samh bin Malik Al-Khaulani. Ia dipercaya untuk menangani berbagai daerah dan kota yang telah dibuka. Gubernur ini lantas mengunjungi Andalusia untuk mengecek kondisi penduduknya. Dalam kesempatan itu, ia menyempatkan diri mencari apakah masih hidup ulama dari kalangan Tabi’in. Ternyata masih ada, yaitu Abdurrahman Al-Ghafiqi.

Pangeran Diponegoro, Menentang Keraton yang Mendukung Penjajah (Habis)

Pada tanggal 5 April 1830, Pangeran Diponegoro dan pengikutnya diangkut dengan Kereta Api menuju Gedung Karesidenan di Kota Semarang. Dari Kota ini dia diangkut dengan menggunakan kapal Korvet Pollux menuju Batavia. Diperkirakan Pangeran Diponegoro tiba di Batavia pada tanggal 11 April 1830.
Di Batavia, Pangeran Diponegoro disekap dalam ruang tahanan selama tiga minggu di lantai dua gedung Stadhuis Batavia, kini bernama Musium Sejarah Jakarta, sambil menunggu keputusan penyelesaian dari Gubernur Jenderal Van Den Bosch. Pada 30 April 1830, keputusan keluar, Pangeran Diponegoro, Raden Ayu Ratnaningsih, Tumenggung Dipokusumo dan Isteri, serta para pengikut lainnya, seperti Mertoleksono, Banteng Wereng, dan Nyai Sotaruno, dibuang ke Manado. Akhirnya pada 3 Mei 1830, Pangeran Diponegoro beserta pengikutnya diberangkatkan ke Manado dengan menggunakan Kapal Pollux.

Pangeran Diponegoro, Singa Jawa dari Keraton Yogjakarta

Ia seorang Mujahid keturunan Raja Yogjakarta. Seluruh nafas kehidupannya diabadikan untuk kemerdekaan Tanah Jawa, dengan bersendikan ajaran agama Islam.
pangeran-diponegoroTegalrejo 29 Juli 1825. di bawah pimpinan Chevallier pasukan gabungan Belanda dan orang-orang patih Darurejo IV menyerbu laskar-laskar Diponegoro dan Mangkubumi di Tegalrejo, sebuah desa kecil yang terletak di barat laut Keraton Yogjakarta. Dentuman meriam dan bunyi letupan senapan membahana di seluruh penjuru desa.
Menghadapi serangan itu, kedua Pangeran bersama laskarnya segera menyingkir ke tempat yang lebih aman. Mereka menyadari, perang di medan yang amat sempit tidak menguntungkannya. Pangeran Diponegoro akhirnya memilih tempat yang lebih strategis untuk basis peperangannya di bukit Selangor, sebuah tempat yang dikelilingi lembah , benteng-benteng alam dan Gua, yang biasa dipergunakan bertapa. Tempat itu terletak 10 Km di sebelah barat daya kota Yogjakarta. Sedangkan keluarganya diungsikan ke desa Dekso.
Di lain pihak, Chevallier terus melancarkan serangan dahsyat dengan mengerahkan seluruh pasukan dan persenjataan yang dimiliki. Alhasil, Chavalier dalam waktu singkat mampu menguasai Tegalrejo. Sayangnya, Tegalrejo telah kosong melompong. Bakar…. Bakar saja rumah Diponegoro sampai habis! Seru Chavalier di tengah kemarahan dan kedongkolan hatinya karena buruannya telah kabur.

Cara Abu Nawas Merayu Tuhan

Tak selamanya Abu Nawas bersikap konyol. Kadang-kadang timbul kedalaman hatinya yang merupakan bukti kesufian dirinya. Bila sedang dalam kesempatan mengajar, ia akan memberikan jawaban-jawaban yang berbobot sekalipun ia tetap menyampaikannya dengan ringan.
Seorang murid Abu Nawas ada yang sering mengajukan macam-macam pertanyaan. Tak jarang ia juga mengomentari ucapan-ucapan Abu Nawas jika sedang memperbincangkan sesuatu. Ini terjadi saat Abu Nawas menerima tiga orang tamu yang mengajukan beberapa pertanyaan kepada Abu Nawas.
“Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?” ujar orang yang pertama.

Imam Syamil, Mujahid Perkasa dari Kaukasus

Ia seorang pahlawan. Dibawah kepemimpinannya, kaum Muslimin Chechen berdiri tegak. Kepahlawanannya dikagumi oleh sastrawan besar Rusia.
Nun jauh di pegunungan kaukasus, 1830, pasukan Tsar Rusia di bawah pimpinan Jenderal Turman mulai bergerak. Ribuan prajurit itu siap dan waspada untuk berperang dengan persenjataan lengkap. Peperangan kali ini cukup menyulitkan pasukan Rusia, sebab yang akan mereka taklukkan adalah bangsa Chechen yang punya kawasan strategis dan banyak siasat.

Abu Nawas dan Menteri yang Zalim (Bagian Kedua – Habis)

“Sudahkah kamu menerima pembayaran harga lembumu?” tanya Abu Nawas kepada anak muda pada malam harinya.
“Hamba diperdaya menteri itu,” jawab si pemuda dengan wajah nelangsa. “Lembu hilang, uang melayang.”
“Coba ceritakan kata Abu Nawas. “Aku kira jual beli berjalan lancar sehingga aku cepat-cepat pergi karena ada urusan lain.”
Maka diceritakanlah kejadian itu dengan nada mendongkol. “Sialan menteri itu,” ujar si pemuda.
“Oh begitu, kata Abu Nawas. “Jangan sedih, Insya Allah aku akan membantu.” Kemudian Abu Nawas minta si pemuda bersedia melaksanakan rencana yang telah disusunnya untuk membunuh si menteri zalim itu.
Keesokan harinya jam tujuh malam seorang wanita cantik berhenti di depan rumah si menteri zalim, ia tampak membuang sesuatu yang dicabut dari kakinya.

Abu Nawas dan Menteri yang Zalim (Bagian Pertama)

Di Negeri Baghdad dahulu kala ada seorang menteri yang dikenal sangat jahat perangainya, sehingga ditakuti warganya. Ia tidak bisa melihat perempuan cantik, terutama istri orang, pasti diambilnya. Apabila membeli suatu barang, ia tidak pernah mau membayar. Ihwal itu lama kelamaan sampai juga ke telinga Abu Nawas sehingga membuat hatinya panas. Maka Abu Nawas pun pasang niat tidak akan meninggalkan daerah itu sebelum sang menteri menghembuskan nafas terakhir alias mati.
Kemudian Abu Nawas berangkat ke tempat menteri itu tinggal dan sengaja menyewa rumah yang berdekatan untuk melakukan investigasi. Setelah beberapa hari bergaul dengan penduduk di situ, ia pun kenal dengan sang menteri dan bahkan bersahabat baik. Begitu baiknya pendekatan yang dilakukan sampai-sampai menteri itu tidak bisa mencium rencana busuk Abu Nawas. Abu Nawas boleh masuk dan keluar rumah itu dengan bebas, sehingga ia tidak menaruh curiga sama sekali kepadanya.

Muhammad Ibnu Qasim, Sang Perintis Peradaban Islam di Asia Selatan

Bersenjatakan ketapel raksasa dan batu berapi, pasukan Muslim membebaskan Asia Selatan. Di bawah Muhammad Ibnu Qasim, Asia Tengah mulai mengenal Peradaban Islam
Masuknya Islam ke kawasan Asia Selatan – India dan Pakistan sekarang – di motori oleh seorang tokoh Mujahid bernama Muhammad Ibn Qasim. Pada abad ke delapan Masehi, dalam waktu kurang dari dua tahun, panglima perang muslim itu dengan gagah berani berhasil mematahkan perlawanan pasukan beberapa kerajaan yang masih beragama Hindu di wilayah itu. Dan sejak itulah, Islam mulai berkembang dengan pesat di anak benua Asia tersebut.

Abu Nawas dan Pengemis yang Kedinginan dalam Kolam

Ada seorang saudagar di Bagdad yang mempunyai sebuah kolam yang airnya terkenal sangat dingin. Konon tidak seorangpun yang tahan berendam didalamnya berlama-lama, apalagi hingga separuh malam.
“Siapa yang berani berendam semalam di kolamku, aku beri hadiah sepuluh ringgit,” kata saudagar itu. Ajakan tersebut mengundang banyak orang untuk mencobanya. Namun tidak ada yang tahan semalam, paling lama hanya mampu sampai sepertiga malam.
Pada suatu hari datang seorang pengemis kepadanya. “Maukah kamu berendam di dalam kolamku ini semalam? Jika kamu tahan aku beri hadiah sepuluh ringgit,” kata si saudagar.

Khalid bin Walid, Hidup Terpuji Mati Bahagia (Bagian ke-2 Habis)

Kemenangan yang diraih oleh orang-orang Islam di Irak dari orang Persia menimbulkan harapan diperolehnya kemenangan yang sama pada orang Romawi di Syria. Khalifah Abu Bakar mengerahkan sejumlah pasukan dan menunjuk bebrapa orang pilihan sebagai Panglimanya, seperti Abu Ubaidah bin Jarrah, Amr bin Ash dan Yazid bin Abu Sufyan serta Muawiyah bin Abu Sufyan.
Pada saat balatentara Islam ini mulai bergerak, berita ini sampai kepada Kaisar Romawi. Ia menyarankan para menteri dan Jenderal-jenderalnya supaya berdamai saja dengan orang-orang Islam, dan berperang melawan mereka, karena itu hanya akan menimbulkan kerugian saja. Tetapi para menteri dan Jenderal-Jenderalnya tetap bersikeras hendak meneruskan perang sambil sesumbar: “Demi Tuhan, akan kita layani Abu Bakar itu, sampai ia tidak mampu mendatangkan pasukan berkudanya ke negeri kita ini.”

Khalid bin Walid, Panglima Perang, si Pedang Allah (Bagian ke-1)

Pribadi yang mengaku tidak tahu dimana dan dari mana kehidupannya bermula, kecuali di suatu hari dimana ia berjabat tangan dengan Rasulullah saw, berikrar dan bersumpah setia….saat itulah dia merasa dilahrikan kembali sebagai manusia “Dialah orang yang tidak pernah tidur, dan tidak membiarkan orang lain tidur.”
Suatu saat Khalid bin Walid pernah menceritakan perjalanannya dari Mekah menuju Madinah kepada Rasulullah:
“Aku menginginkan seorang teman seperjalanan, lalu kujumpai Utsman bin Thalhah; kuceritakan kepadanya apa maksudku, ia pun segera menyetujuinya. Kami keluar dari kota Mekah sekitar dini hari, di luar kota kami berjumpa dengan Amr bin Ash.

Abu Nawas, Hamil dan Hendak Melahirkan

Sultan Harun Al-Rasyid masygul berat, konon, penyebabnya sudah tujuh bulan Abu Nawas tidak menghadap ke Istana. Akibatnya, suasana Balairung jadi lengang, sunyi senyap. Sejak dilarang datang ke Istana, Abu Nawas memang benar-benar tidak pernah muncul di Istana.
“Mungkin Abu Nawas marah kepadaku,” pikir Sultan, maka diutuslah seorang punggawa ke rumah Abu Nawas.
“Tolong sampaikan kepada Sultan, aku sakit hendak bersalin,” jawab Abu Nawas kepada punggawa yang datang ke rumah Abu Nawas menyampaikan pesan Sultan. “Aku sedang menunggu dukun beranak untuk mengelurkan bayiku ini,” kata Abu Nawas lagi sambil mengelus-elus perutnya yang buncit.

KH Abbas Djamil Buntet, Mutiara dari Pesantren Buntet

Seorang ulama besar yang mampu memadukan kitab kuning dan ilmu kanuragan sebagai media perjuangan membela umat.
Setiap usai salat zuhur atau Asar, tahun 1920-an, sebuah langgar di langgar Buntet, Cirebon, selalu penuh sesak oleh para tamu. Ada yang datang dari daerah sekitar Jawa Barat, Jawa Tengah, bahkan ada yang dari Jawa Timur. Mereka bukan santri yang hendak menuntut ilmu agama, melainkan masyarakat yang hendak belajar ilmu kesaktian kepada sang guru.
Walaupun namanya sudah sangat terkenal di seantero pulau jawa, baik karena kesaktian maupun kealimannya. Kala itu Kiai Abbas (1879-1946) tetap saja hidup sederhana. Dilanggar beratap genteng itu, ada dua kamar dan ruang terbuka cukup lebar dengan hamparan tikar yang terbuat dari pandan. Di ruang terbuka inilah, sejak tahun 1920 hingga 1945 kiai Abbas menerima tamu tak henti-hentinya.

Abu Nawas dan Harimau Berjenggot

“Hai Abu Nawas,” seru Khalifah Harun Al-Rasyid. “Sekarang juga kamu harus dapat mempersembahkan kepadaku seekor harimau berjenggot, jika gagal, aku bunuh kau.”
Kata-kata itu merupakan perintah Sultan yang diucapkan dengan penuh tegas dan kegeraman. Dari bentuk mulutnya ketika mengucapkan kalimat itu jelas betapa Sultan menaruh dendam kesumat kepada Abu Nawas yang telah berkali-kali mempermainkan dirinya dengan cara-cara yang sangat kurang ajar. Perintah itu merupakan cara Baginda untuk dapat membunuh Abu Nawas.

Pangeran Jayakarta, Membumihanguskan Sunda Kelapa

Ia seorang panglima yang mampu mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Juga seorang Ulama Muda yang berhasil mensyiarkan Agama Islam lebih marak di Tanah Jawa.
Awal abad ke 16, seorang Ulama Muda asal Samudera Pasai baru saja pulan dari Mekkah. Seperti pemuda Aceh lainnya, ia tidak bisa lagi menginjakkan kakinya ditanah kelahirannya, untuk menyebarkan agama Islam. Pasalnya, Portugis sangat ketat mengawasi masyarakat bumiputra yang mensyiarkan agama Islam, lebih-lebih yang baru kembali dari tanah suci. Ulama muda itu adalah Fadhilah Khan, orang Portugis mengucapkannya dengan nama Fatahillah atau Falatehan.

Abu Nawas dan Menteri Bertelur

Pada suat hari Sultan Harun al-Rasyid memanggil sepuluh orang Menterinya “Kalian tahu didepan Istana ini ada sebuah kolam. Aku akan memberikan masing-masing sebutir telur kepada kalian, menyelamlah kalian ke dalam kolam itu dan kemudian serahkanlah telur-telur itu kepadaku apabila kamu muncul kepermukaan. Aku ingin tahu kepandaian Abu Nawas.”
Kemudian sultan menyuruh memanggil Abu Nawas ke Istananya. Kepada Abu Nawas dan kesepuluh orang menterinya itu Sultan bertitah, “Kamu sekalian aku perintahkan turun ke dalam kolam itu, menyelam, dan apabila muncul kepermukaan serahkanlah kepadaku sebutir telur ayam. Barangsiapa tidak menyerahkan telur, niscaya mendapat hukuman dariku.”

Pangeran Suriansyah, Raja Islam Pertama di Kalimantan

Kehadiran Islam di Kalimantan pada Abad ke 15 tidak lepas dari peranan Sunan Giri dan Sunan Bonang dari Tuban Jawa Timur
Sampai hari itu, ketika abad ke 15 berangsur-angsur mengakhiri penanggalannya. Awan hitam masih menyelimuti udara Kerajaan Daha di Kalimantan. Carut marut perang saudara yang melibatkan Pangeran Tumenggung dan Pangeran Samudra tengah menunjukkan wajahnya yang garang.
Pangeran Tumenggung adalah penguasa Kerajaan Daha, sedangkan Pangeran Samudera, keponakannya sendiri, yang sekaligus cucu Pangeran Sukarama, Raja Daha Pertama (1555-1585), karena ibu Pangeran Samudera, putri Galuh adalah anak Pangeran Sukarama yang dinikahkan dengan Raden Menteri Jaya, putra Raden Bangawan, saudara kandung Pangeran Sukarama. Jadi kedua orang yang bersengketa itu masih mempunyai pertalian darah, karena Pangeran Tumenggung adalah anak Paneran Sukarama juga.

Abu Nawas dan Pesta Yahudi

Suatu hari Abu Nawas singgah di rumah kenalannya, seorang Yahudi. Di sana sedang berlangsung permainan musik. Banyak yang menonton sehingga susananya meriah. Semua tamu yang datang terlibat dalam permainan musik itu, termasuk Abu Nawas yang baru saja masuk, ada yang main kecapi, ada yang menari-nari, semua bersuka ria. Demikian asyiknya permainan itu sampai menguras tenaga, karena makan waktu cukup lama.
Dan ketika para tamu sudah pada kehausan, tuan rumah mengedarkan kopi kepada para hadirin. Masing-masing mendapat secangkir kopi. Ketika Abu Nawas hendak menghirup kopi itu, ia ditampar oleh si Yahudi. Namun karena larut dalam kegembiraan, hal itu tidak ia hiraukan, dan diangkatnya lagi cangkirnya, tapi lagi-lagi ia ditampar. Ternyata tamparan yang diterima Abu Nawas malam itu cukup banyak sampai acara selesai sekitar pukul dua dini hari.

Musa Ibnu Nusair, Sang Mujahid Pembebas Spanyol

 Ia panglima perang yang berhasil membebaskan beberapa kawasan Barat. Saat berada di puncak kekuasaan, ia lebih suka memutus karirnya: pulang kampung!!
Dalam sejarah Islam, Musa Ibnu Nusair dikenal sebagai sang pembebas yang tidak hanya memperluas daerah kekuasaan, melainkan juga membebaskan warganya dari kezaliman. Tidak hanya itu, ia pun pembangkit, pelindung dan penyokong peradaban serta kebudayaan.
Sangat berbeda dengan tokoh-tokoh sejarah lain, seperti Jenghis Khan, Hulagu, Atilla, atau Hanibal, yang menjajah dan menghancurkan peradaban dan kebudayaan bangsa-bangsa yang mereka taklukkan. Di bawah kekuasaan Musa bin Nusair, Eropa khususnya Spanyol, mengalami kemajuan pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan budaya, sehingga negeri Matador itu mencapai puncak kemajuan.

Abu Nawas dan Nazar Seorang Saudagar

“Hai istriku sebaiknya kita bernazar kepada Allah”, kata seorang saudagar kepada istrinya, “Jika kita diberi anak laki-laki, aku akan memotong kambing yang besar dan lebar tanduknya sejengkal, kemudian dagingnya kita sedekahkan kepada fakir miskin.”
Rupanya sang saudagar tersebut sudah sangat merindukan lahirnya seorang anak, karena telah bertahun-tahun berumah tangga tidak kunjung diberi momongan oleh Tuhan. Kemudian ia menyuruh beberapa orang untuk mencari kambing besar bertanduk selebar jengkal, dengan pesan, “Beli saja kambing itu berapapun harganya, tidak usah ditawar lagi.”

Kisah Abu Nawas akan Disembelih

Hari itu Abu Nawas sengaja menghabiskan waktunya berkeliling kampung, pinggiran Kota Baghdad. Ia baru pulang saat menjelang maghrib. Ketika lewat Kampung Badui (orang gurun) ia bertemu dengan beberapa orang yang sedang memasak bubur. Suasananya ramai, bahkan riuh rendah. Tanpa disadari ia di tangkap oleh orang-orang itu dan dibawa ke rumah mereka untuk disembelih.
“Mengapa aku ditangkap?” tanya Abu Nawas.
“Hai, orang muda, kata salah seorang diantaranya sambil menunjuk ke belanga yang airnya sedang mendidih, “Setiap orang yang lewat di sini pasti kami tangkap, kami sembelih seperti kambing, dan dimasukkan ke belanga bersama adonan tepung itu. Inilah pekerjaan kami dan itulah makanan kami sehari-hari.”

Abu Nawas, Mengajar Lembu Mengaji Al-Qur’an

“Panggil Abu Nawas kemari hari ini juga,“ titah Sultan Harun Al-Rasyid kepada seorang hambanya.
“Tuan Abu Nawas …” kata si hamba raja sesampai di rumah Abu Nawas, “Tuan Hamba dipersilahkan Baginda datang ke istana hari ini juga.”
Hanya berjarak setengah jam setelah hamba sahaya tadi sampai di istana, Abu Nawas pun tiba di sana.
“Hai Abu Nawas …” kata Sultan, “Tahukah kamu mengapa kamu aku panggil kemari? Aku minta tolong kepadamu untuk mengajari lembuku supaya bisa mengaji Al-Qur’an. Jika lembu itu tidak dapat mengaji, niscaya aku akan menyuruh mereka membunuh kamu.”

Abu Nawas dan Mimpi Indah

Seorang pendeta dan seorang rahib berencana memperdayai Abu Nawas. Rencanapun disusun rapid an mereka segera bertandang kerumah Abu Nawas yang disambut baik oleh yang empunya rumah.
“Kami ingin mengajakmu melakukan pengembaraan suci, wahai Abu Nawas. Kami berharap engkau tidak keberatan dan dapat bergabubg bersama kami,” ujar si Rahib sambil melirik pada kawan di sebelahnya.
“Dengan senang hati aku akan ikut, kapan rencananya?” Tanya Abu Nawas.
“Besok pagi ujar si Pendeta gembira.
“Baiklah kita bertemu di warung teh besok,” uhar Abu Nawas.

Abu Nawas, Kuah Dibalas Makjun

Di mata Khalifah Harun al-Rasyid figur Abu Nawas memang lihai, dia tidak hanya lucu tetapi juga bijaksana sehingga tidak dapat dipandang enteng. Di satu pihak hal itu sangat membanggakan khalifah, tetapi di lain pihak, sangat menjengkelkannya, karena ia suka kurang ajar dan tidak tahu diri. Oleh karena itu baginda tidak pernah berhenti memeras otak untuk dapat membalas Abu Nawas.
Pada suatu hari di bulan Rabiulawal, baginda khalifah tersenyum simpul sendiri sambil bergumam, “Awas kau, Abu Nawas, kali ini pasti kena.”
Seperti biasa setiap bulan Rabiulawal, Sultan Harun Al-Rasyid menyelenggarakan acara Maulid Nabi di istana. Pada saat itu semua pembesar negeri hadir termasuk putra-putra mahkota dari negeri-negeri sekitarnya, tapi Abu Nawas tidak tampak.

Kamis, 28 Maret 2013

Kesederhanaan Istri Umar bin Abdul Aziz

Fatimah sangat terkejut ketika mendengar berita bahwa telah diangkat khalifah baru, Umar bin Abdul Azis yang tak lain adalah suaminya sendiri. Namun ia lebih terkejut ketika tahu kalau Sang Raja baru dikabarkan menolak segala fasilitas istana.
Umar bin Abdul Aziz memilih menunggang keledai untuk kendaraan sehari-hari, membatalkan acara pelantikan dirinya sebagai khalifah yang akan diadakan besar-besaran dan penuh kemewahan.

Sungguh Fatimah heran dan tidak percaya mendengar berita tersebut karena ia sangat mengenal siapa suaminya. Sosok yang sangat identik dengan kemewahan hidup mengapa secara tiba-tiba ia hendak berpaling dari kemewahan, padahal tampuk kekuasaan kaum muslimin baru saja di anugerahkan kepadanya?

Tangisan Imam Hanafi Berjumpa Anak Kecil

Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit, atau populer disebut Imam Hanafi, pernah berpapasan dengan seorang anak kecil yang tampak berjalan mengenakan sepatu kayu.

”Hati-hati, Nak, dengan sepatu kayumu itu. Jangan sampai kau tergelincir,” sang imam menasehati.

Bocah miskin ini pun tersenyum, menyambut perhatian pendiri mazhab Hanafi ini dengan ucapan terima kasih.

”Bolehkah saya tahu namamu, Tuan?” tanya si bocah.

Perlawanan Imam Nawawi kepada Pemerintah

Di zaman Yahya bin Syaraf An-Nawawi hidup, atau sekitar abad ke-7 H, sebuah kebijakan kontroversial pernah dikeluarkan oleh rezim kekuasaan. Negara hendak memungut paksa iuran wajib dari rakyat demi jalannya aktivitas pemerintahan.

Sebagai ulama yang diikuti banyak orang, Imam Nawawi mendapat panggilan Raja azh-Zahir Berbis, pemimpin saat itu.

“Tandatanganilah fatwa ini!” perintah Raja kepada Imam Nawawi dengan nada meremehkan.

Alasan Rasulullah Tidur di Depan Pintu

Siti Aisyah RA mengerti betul kepribadian suaminya, Rasulullah SAW. Hidup dalam suasana keluarga memberinya kenangan indah yang kaya dari sikap keseharian utusan Allah itu.

Nabi diketahui tak pernah mengeluh meski keadaan kurang mendukung. Hatinya sangat lapang. Pernah Nabi tak medapati makanan apapun untuk sarapan di meja dapurnya. Seketika Nabi berniat puasa untuk hari itu.

Kisah Masjid Dhirar

Ketika Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah, beliau merasakan pentingnya membangun rumah ibadah yang dapat digunakan umat Islam bersama-sama. Oleh sebab itu, ditemani para sahabat, Rasulullah membangun masjid pertama dalam sejarah Islam yang kemudian dikenal dengan nama masjid Quba’.

Sebagaimana digambarkan oleh para sejarawan, Masjid Quba’ memiliki arsitektur yang sangat sederhana. Dindingnya terbuat dari tanah liat, tiang dan atap dari pohon dan pelepah kurma serta hanya berlantaikan tanah. Ketika kaum Muhajirin berniat memugar masjid tersebut Rasulullah menolaknya.

Rabu, 27 Maret 2013

Ketika Imam Syafi'i Tidak Qunut

Siapa tak kenal Imam Syafi’i? Bapak ushul fiqih ini tak hanya tenar karena kepakarannya di bidang hukum Islam. Sejumlah ulama menilai, Imam Syafi’i juga layak dianggap pelopor disiplin keislaman lainnya, seperti ilmu tafsir dan musthalah hadits.

Terlahir dengan nama Muhammad ibn Idris, Imam Syafi’i tumbuh sebagai pribadi yang cerdas dan kritis. Memang ia sangat memuliakan dan mengagumi guru-gurunya. Namun, proses pencarian kebenaran yang gigih membawanya ke panggung ijtihad yang mandiri. Imam Syafi’i sukses membangun mazhabnya sendiri, terutama fiqih.

Reaksi Abu Bakar Menelan Makanan Haram

Suatu hari Abu Bakar ash-Shiddiq menerima makanan dari hamba sahayanya. Tanpa ragu, ia langsung mencicipinya. Si hamba sahaya pun heran dengan peristiwa yang dinilai tak biasa ini.

”Kau selalu menanyakan asal makanan yang aku bawa. Tapi mengapa hari tak kau berbuat demikian?” tanya hamba sahaya.

”Maaf, rasa laparku membuatku lupa menanyakan hal itu. Dari mana kamu mendapatkan makanan ini?”

Hamba Sahaya lantas menjelaskan bahwa ia pernah berprofesi sebagai tukang ramal. Sebagian orang yang diramal membayar kontan namun sebagian lain berhutang.

Ketika Harun ar-Rasyid Ngaji ke Imam Malik

Khalifah Harun ar-Rasyid termasuk pemimpin yang sangat dihormati rakyatnya. Tentu wibawa ini tak dicapainya secara gratis. Prestasi dalam pembangunan ekonomi, politik, budaya, dan pengetahuan tergolong gemilang.

Puncak kekuasaan dan kharisma kepribadiannya membuat setiap perintah sang khalifah dipatuhi semua orang. Hanya orang-orang khusus yang berani membangkang dari keinginan-keinginannya. Selain Abu Nawas, Imam Malik adalah salah satu orang yang bernyali istimewa ini.

Abu Nawas dan Kadi Malang

Abu Nawas, yang tidak diundang ke istana untuk upacara pemberian nama bayi lelaki yang diselenggarakan oleh Baginda Sultan, nekad datang. Ia tidak setuju dengan nama Fulan yang akan diberikan kepada bayi itu. “Biasanya orang yang bernama Fulan itu bodoh,” katanya.
Kepada Sultan yang memergoki dintara para orang besar yang di udang, Abu Nawas bertanya, “Tidak bolehkah nama itu diganti?”
Sultan, yang sudah gondok, menanyakan alasannya dan minta bukti bahwa orang yang namanya Fulan itu bodoh, “Coba buktikan, jika tidak berhasil, aku bunuh kau.”

Syekh Maulana Malik Ibrahim: Kisah Beras dan Pasir

Syekh Maulana Malik Ibrahim adalah anggota wali songo urutan pertama. Beliau menyiarkan Islam ke tanah Jawa sambil berdagang. Bagai kunang-kunang besar yang memanggul cahaya, Maulana Malik Ibrahim datang menerangi tanah Jawa dengan Islam.
Suatu hari dalam perjalanan dakwah ke sebuah dusun yang diberkahi dengan tanah subur, Syekh Maulana Malik Ibrahim bersama seorang muridnya singgah di sebuah rumah. Rumah itu milik orang kaya. Menurut desas-desus pemilik rumah itu amat kikir.
Padahal si empunya rumah adalah orang berada yang memiliki berton-ton beras. Halaman rumahnya luas. Di sana tersusun berkarung-karung beras hasil pertanian. Rupanya Syekh Maulana Malik Ibrahim ingin menemui si empunya rumah yang tak lain adalah salah seorang muridnya. Ia ingin menasihati muridnya agar meninggalkan sifat jelek itu.

Abu Raihan Al-Biruni, Ilmuwan Muslim Terbesar Sepanjang Masa

Sebagai seorang ilmuwan besar, Al-Biruni banyak menuliskan penemuan-penemuannya. Ia telah menulis lebih dari 200 buku tentang hasil pengamatan dan eksperimennya.
ar-rayhan-al-biruni
Allah Maha Mengetahui, dan tidak menyukai ketidaktahuan Abad Al-Biruni. Begitulah para sejarawan dunia menamakan masa keemasan ilmu pengetahuan pada abad pertengahan Masehi. Ini menurut catatan sejarah, ia pernah akan diberi penghargaan berupa ribuan mata uang perak yang dibawa tiga ekor unta oleh Sultan yang berkuasa saat itu, akan tetapi ia menolak. Menurutnya, ia mengabdi kepada ilmu pengetahuan karena ilmu pengetahuan itu sendiri, bukan demi uang.
Melalui jawabannya tersebut, secara tidak langsung ia mengatakan bahwa ilmu tidak dapat diukur dengan uang. Ia antusias mencari ilmu sebanyak-banyaknya hanya karena Allah. Ia sadar.
Dalam melakukan penelitian ilmiah terhadap alam semesta, Al-Biruni memiliki metode yang khas. Menurutnya, ilmuwan adalah orang yang menggunakan setiap sumber yang ada dalam bentuk aslinya, kemudian melakukan pekerjaan dengan penelitian melalui pengamatan langsung dan percobaan. Metode ini kemudian banyak dijadikan pegangan oleh para ilmuwan selanjutnya.

K.H. Ahmad Rifa’i, Gerakan Perlawanan Kiai Kalisalak

Dulu, di Jawa Tengah, ada seorang Kiai yang sangat gigih melawan Belanda. Gerakan perlawannya di sebut “Tarajumah.” Pelopornya adalah KH. Ahmad Rifa’i, yang belum lama ini diangkat sebagai Pahlawan Nasional.
Bagi masyarakat Jawa Tengah,, terutama di Pekalongan Kedu, Semarang, dan sekitarnya, Nama KH. Ahmad Rifa’i dari Kalisalak, Batang, Jawa Tengah, sudah tak asing lagi. Dua abad silam ia wafat, namun namanya masih harum hingga sekarang. Ia adalah ulama besar ahli Tarekat, yang sangat gigih melawan kolonialisme Belanda. Itu sebabnya Presiden Susilo Bambang Yudoyono memberinya gelar sebagai Pahlawan Nasional, melalui Kepres Nomor: 089/TK/2004. ia dikenal sebagai sosok pemimpin rakyat yang tegas, ulet dan teguh dalam pendirian.

Ju Panggola, Pejuang dan Wali Gorontalo

Ia dikenal sebagai pelindung rakyat, ulama dan Waliyullah. Makamnya yang selalu penuh oleh para peziarah, harum semerbak setiap hari.
Kaum muslimin di Gorontalo, Sulawesi, niscaya tidak ada yang tidak kenal nama Ju Panggola. Ia adalah seorang Ulama, Pejuang dan Waliyullah yang masyhur di abad ke 16. Pendek kata Ju Panggola adalah tokoh kharismatik yang makamnya dikeramatkan, dan sampai sekarang selalu diziarahi banyak orang. Sebagai penghormatan, makam Ju Panggola dibangun di balik mihrab Masjid Quba – sebuah masjid mungil, di puncak sebuah bukit dengan panorama yang indah di sekitarnya.

Mbah Kyai Musyafa’ Orang “Gila” yang Penuh Karomah

Sebelum dikenal sebagai Wali, Mbah Kiai Musyafa’ dianggap orang Gila. Namun kemudian banyak orang yang menemukan Karomahnya. Karena itu, setelah dia meninggal, makamnya kerap didatangi peziarah.
Kota Kaliwungu, tepatnya di wilayah Kecamatan Kaliwungu, Kendal Jawa Tengah, tampak sangat anggun bila dilihat dari bukit yang terletak di Desa Proto Mulyo, sebelah timur Kampung Gadukan, Kutoarjo, Kaliwungu. Masjid Al-Muttaqin yang berada di pusat kota terlihat sangat dominan dan lebih besar dibanding bangunan lain yang ada di sekitarnya. Menara dan kubah masjid tampak sangat kukuh, seperti menegaskan betapa Allah SWT Mahabesar.

Ibnu Bathuthah, Sang Pengembara Selama Dua Dasawarsa

Abu Abdillah Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim Al-Tanji. Ia berasal dan dilahirkan dari orang tua Moor yang kaya dan bijaksana di Tangier, Maroko, pada 1304 M / 703 H dan wafat pada 1369 M / 770 H. Harapan orang tuanya, dia menjadi ahli hukum. Namun kenyataan bicara lain, ia menjadi pengelana yang andal selama hampir dua dasawarsa dengan nama Ibnu Bathuthah.
Tangier adalah sebuah kota pelabuhan di Maroko Utara, terletak di bibir selat Gibraltar atau Jabal Thariq, yang sangat ramai disinggahi kapal-kapal dagang, yang merupakan arus pelayaran utama kala itu. Situasi semacam itulah yang mempengaruhi kehidupan Bathuthah kecil. Kupingnya tajam menangkap pembicaraan para pelancong dan awak kapal yang singgah di kota kelahirannya itu, dan telah menebarkan isyarat, kelak ia akan menjadi seperti mereka, yaitu melancong dan mengembara. Untuk itu ia melengkapi dirinya dengan berbagai bacaan mengenai perjalanan lintas benua.

Fatimah Binti Maimun, Muballigh Pertama Tanah Jawa

Tidak mustahil, pendakwah pertama di Nusantara adalah wanita. Kakeknya adalah pedagang dari Timur Tengah, diduga pernah membangun Masjid.
Bukti tertua kehadiran huruf Arab pada fase awal Islam di Nusantara ditemukan di sebuah makam di desa Leran, 8 Km utara kota Gersik Jawa Timur. Huruf itu terdapat pada Nisan Fatimah binti Maimun bin Hibatullah. Dia wafat pada hari Jumat 12 Rabiulawal 475 Hijriyah / 1082 Masehi.
Penanggalan itu menunjukkan nisan dipusara anak perempuan Maimun ini merupakan bukti tertua penggunaan tulisan Arab di Asia Tenggara. Demikian di tuliskan pada buku panduan pameran Budaya Islam di Aula Institut Agama Islam Negeri (IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta), pada tanggal 11-17 September 1995.

Karomah Habib Sholeh Tanggul

Membicarakan karamah Habib Sholeh tidak bisa lepas dari peristiwa yang mempertemukan dirinya dengan Nabi Khidir AS. Kala itu, layaknya pemuda keturunan Arab lainnya, orang masih memanggilnya Yik, kependekan dari kata Sayyid, yang artinya Tuan, sebuah gelar untuk keturunan Rasulullah.
Suatu ketika Yik Sholeh sedang menuju stasiun Kereta Api Tanggul yang letaknya memang dekat dengan rumahnya. Tiba-tiba datang seorang pengemis meminta uang. Sholeh yang sebenarnya membawa sepuluh rupiah menjawab tidak ada, karena hanya itu yang dimiliki. Pengemis itupun pergi, tetapi kemudian datang dan minta uang lagi. Karena dijawab tidak ada, ia pergi lagi, tetapi lalu datang untuk ketiga kalinya. Ketika didapati jawaban yang sama, orang itu berkata, “Yang sepuluh rupiah di saku kamu?” seketika Yik Sholeh meresakan ada yang aneh. Lalu ia menjabat tangan pengemis itu. Ketika berjabat tangan, jempol si pengemis terasa lembut seperti tak bertulang. Keadaan seperti itu, menurut beberapa kitab klasik, adalah cirri fisik nabi Khidir. Tangannyapun dipegang erat-erat oleh Yek Sholeh, sambil berkata, “Anda pasti Nabi Khidir, maka mohon doakan saya.” Sang pengemispun berdoa, lalu pergi sambil berpesan bahwa sebentar lagi akan datang seorang tamu.

Sayyidina Ali Zainal Abidin, Waliyullah yang Senantiasa Bersujud

Ia adalah cicit Rasulullah SAW yang selamat dari pembantaian dalam tragedi Karbala. Setelah dewasa ia menjadi wali yang setiap saat bersujud kepada Allah SWT.
Setelah dua cucu tersayang Rasulullah SAW, yaitu Hasan dan Husien, wafat, sementara sisa-sisa keturunan beliau yang lain terbunuh di padang Karbala, yang masih hidup ialah Ali Zainal Abidin, satu-satunya putra Sayyidina Husien bin Ali bin Abi Thalib. Cicit Rasulullah SAW ini lahir di Madinah pada 33 H / 613 M. sementara riwayat lain mengungkapkan ia lahir pada 38 H / 618 M. ketika pecah Tragedi Karbala pada abad ke-6 H (abad ke-12 M), ia baru berusia 11 tahun.

Habib Kramat Bangil

Habib Abdullah bin Ali Al-Haddad adalah seorang ulama besar pada zamannya. Ia menuntut ilmu dari beberapa ulama, kuat beribadah, dan selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ulama yang dikenal sangat alim, dan karenanya dikenal sebagai waliyullah itu lahir pada 4 Safar 1261 Hijriyah atau 12 Februari 1840 M. di kota Hawi, Tarim, Hadramaut, Yaman.
Habib Abdullah yang di Indonesia lebih populer dengan sebutan Habib Kramat Bangil, terkenal di kalangan muslimin sebagai ulama yang konsisten memperjuangkan kebenaran. Di masa hidupnya, tak jemu-jemunya ia mengajak umat untuk selalu hidup di jalan yang benar, sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Sunah Rasul.

Ki Ageng Pandanarang

Ia menjadi penyebar agama Islam di kota Semarang, sekaligus sebagai bupati pertama. Namanya dikenal sebagai cikal-bakal kota Semarang
Kalau berada di Bukit Mugas, akan Anda lihat Kota Semarang bawah terhampar luas hingga ke laut Jawa, di tempat yang tinggi inilah Ki Ageng Pandanarang (kadang dilafalkan Pandanaran), bupati pertama Semarang dimakamkan. Meski sudah meninggal seakan-akan beliau masih ingin mengawasi kota Semarang yang telah didirikannya sejak awal abad ke 16.

Sunan Ngudung, Panglima Orang Alim

Setelah Sunan Ampel wafat, para santri memutuskan untuk mengakhiri kekuasaan Majapahit, karena Raja Brawijaya V mulai meminta bantuan Portugis untuk menekan Syiar Islam.
Imam keempat masjid Demak, yang bertugas kira-kira 1521-1524 dan dilantik oleh Adipati Sabrang Lor (Adipati Yunus) dari Jepara, mati syahid melawan Majapahit. Ia dijuluki penghulu Rahmatullah di Undung atau Ngudung – mayoritas orang jawa menyebutnya Sunan Ngudung.
Dalam pertempuran habis-habisan itu, yang boleh jadi telah berakhir (1527 M) dengan direbutnya ibukota kerajaan tua tersebut, ia berjuang bersama anaknya yang kemudian lebih dikenal sebagai Sunan Kudus. Mereka memimpin pasukan “orang alim.”

Al Humaidi

Nama langkap beliau adalah Abdullah bin Zuber bin Isa Abu Bakar al Humaidi. Beliau adalah juga murid langsung dari Iman Syafi’i Rahimahullah.
Beliaulah yang membawa dan mengembangkan Madzhab Syafi’i ketika di Mekkah, sehingga beliau diangkat menjadi Mufti Mekkah. Wafat di Mekkah pada tahun 219 H.
Inilah di antaranya murid-murid langsung dari Imam Syafi’i Rhl. yang kemudian menjadi Ulama Besar dan tetap teguh memegang Madzhab Syafi’i.

Al Buwaithi



Nama iengkap beliau adalah Abu Ya’kub Yusuf bin Yahya al Buwaithi, lahir di desa Buwaith (Mesir) wafat 231 H.
Beliau ini adalah murid langsung dari Imam Syafi’i Rhl sederajat dengan Ar Rabi’i bin Sulaiman al Muradi.

Dahsyatnya Alam Kubur

Suatu ketika Muhammad bin Wazir al-Harani keluar dari rumahnya menuju kebun setelah Ashar.
Ia bercerita,
“Ketika matahari hendak tenggelam, saya berada di tengah kuburan. Tiba-tiba dari salah satu kuburan bara api yang wujudnya menyerupai sebuah panci kaca sedagkan mayat berada di tengah-tengahnya. Saya mengusap mata saya dan saya berkata, ‘Apakah saya sedang mimpi atau sungguhan?’ Kemudian saya menoleh ke pagar kota dan saya berkata, ‘Demi Allah, saya tidak sedang tidur’.”
“Kemudian saya pulang ke keluarga saya. Saya kebingungan. Lalu keluargaku memberiku makanan, tetapi saya tidak bisa makan. Selanjutnya saya masuk ke daerah tersebut, lalu saya bertanya tentang siapa penghuni kubur tersebut. Ternyata orang yang di dalam kubur tersebut adalah pemungut pajak liar.” (Ia adalah salah satu pembantu orang-orang zhalim) yang meninggal dunia pada hari itu.

Orang yang Tidak Takut dengan Kematian

Dia adalah Sa’id bin Jubair, pewaris ilmu Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu dan Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu. Salah seorang yang paling alim di kalangan tabi’in. Beliau ditemani Abdurrahman bin al-Asy’ats ketika melawan pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan lantaran berbuat sewenang-wenang dan keterlaluan dalam melakukan pembunuhan. Pada saat Ibnul Asy’ats terkalahkan dalam perang Dairul Jamajim dan terbunuh, Sa’id tertangkap di Makkah. Gubernur Makkah yang ketika itu dijabat oleh Khalid bin Abdullah al-Qasri yang menangkapnya.
Ia dibawa menghadap kepada Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi.
Lantas Hajjaj bertanya kepadanya, “Siapa namamu?”
Ia menjawab, “Sa’id bin Jubair.”

Selasa, 26 Maret 2013

Sejarah Kerajaan Saba’

Saba’ adalah sebuah kerajaan di abad klasik yang berdiri sejak 1300 SM, terletak di wilayah Yaman saat ini. Kemasyhuran  negeri Saba’ benar-benar sesuatu yang fenomenal dan menakjubkan bagi siapa saja yang mengetahui kisahnya.

Siapakah Saba’ Itu?

Dalam hadis Farwah bin Musaik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya oleh seorang laki-laki, “Ya Rasulullah, kabarkanlah kepadaku tentang Saba’? Apakah Saba’ itu? Apakah ia adalah nama sebuah tempat ataukah nama dari seorang wanita?” Beliau pun menjawab,
لَيْسَ بِأَرْضٍ وَلَا امْرَأَةٍ وَلَكِنَّهُ رَجُلٌ وَلَدَ عَشْرَةً مِنَ العَرَبِ، فَتَيَامَنَ سِتَّةٌ وَتَشَاءَمَ أَرْبَعَةٌ
 “Dia bukanlah nama suatu tempat dan bukan pula nama wanita, tetapi ia adalah seorang laki-laki yang memiliki sepeluh orang anak dari bangsa Arab. Enam orang dari anak-anaknya menempati wilayah Yaman dan empat orang menempati wilayah Syam.” (HR. Abu Dawud, no. 3988 dan Tirmidzi, no. 3222).

Rezeki Semua Makhluk, Telah Allah Tanggung

Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki duduk di bawah pohon kurma. Kemudian dia terlentang dengan merebahkan punggungnya. Tiba-tiba dia melihat burung pipit yang di mulutnya terdapat buah, terbang dari pohon kurma yang berbuah ke pohon lain yang tidak berbuah. Dia melihat burung tersebut melakukan ini berulang-ulang. Dia pun heran terhadapnya. Dia berkata dalam hati, “Sungguh, saya akan memanjat pohon ini, agar saya tahu apa yang terjadi.” Lalu dia memanjat pohon. Ternyata dia melihat di dalam pelepah pohon kurma ada seekor ular buta yang membuka mulutnya. Sedangkan burung pipit menjatuhkan buah di mulut ular tersebut. Dia pun merasa takjub dengan kejadian ini dan berkata, “Maha Benar Allah yang telah berfirman:
Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya.” (QS. Hud: 6)

Kepemimpinan Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu

Suatu ketika Umar bin al-Kahththab radhiyallahu ‘anhu, Amirul Mukminin membeli seekor kuda. Lalu dia membawanya berjalan agak jauh dari si pembeli, lalu dia menungganginya untuk mencoba kuda tersebut. Ternyata kuda tersebut mengalami memar-memar. Lantas beliau sendiri menangani hal ini dengan mengembalikan kuda tersebut dan beranggapan bahwa penjual telah menipunya. Akan tetapi, si penjual tidak mau menerima kembali kuda tersebut dari Amirul Mukminin. Lalu apa yang dilakukan oleh Amirul Mukminin terhadap orang yang mempersulit ini? Apakah beliau memerintahkan agar orang tersebut ditahan? Apakah beliau merekayasa tuduhan terhadap orang tersebut? Tidak, beliau pun mengajukan gugatan untuk mendapatkan haknya.

Jumat, 22 Maret 2013

Habib Umar bin Abdurrahman Al-Aththas, Sang Penyusun Ratib Al-Aththas

Karomahnya sudah tampak sejak dalam kandungan ibundanya. Meski kehilangan penglihatan sejak kecil, ia giat menuntut  ilmu. Dialah salah seorang ulama besar Hadramaut.
Di Hadramaut ada seorang ulama besar, seorang wali yang sangat termasyhur karena karomah-karomahnya. Dialah Habib Umar bin Abdurrahman Al-Aththas. Lahir pada 992 H / 1572 M di Desa Lisk, dekat Kota Inat, Hadramaut. Dia juga yang mula-mula mendapat gelar Al-Aththas, “orang yang bersin”. Disebut demikian karena, konon, ketika masih berada dalam kandungan ibundanya, Syarifah Muznah binti Muhammad Al-Jufri, ia sering bersin. Janin yang masih dalam kandungan bisa bersin, tentu hal ini merupakan hal yang luar biasa.

Hal-hal yang Menyelamatkan dari Kebinasaan

Abdurrahman bin Samurah radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menemui kami ketika kami sedang berada di shuffah di kota Madinah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sungguh, tadi malam saya bermimpi aneh. Saya melihat seseorang dari umatku didatangi oleh malaikat maut untuk mencabut nyawanya. Lalu datanglah amalnya berupa bakti kepada kedua orang tua yang menghalangi malaikat maut mencabut nyawanya.
Saya melihat seseorang dari umatku telah dihamparkan untuknya siksa kubur, lalu wudhunya mendatanginya dan menyelamatkannya dari siksa tersebut. Saya melihat seseorang dari umatku dikepung oleh beberapa setan, lalu dzikirnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala mendatanginya dan mengusir setan-setan tersebut dari sisinya. Saya melihat seseorang dari umatku telah dikepung oleh malaikat juru siksa lalu shalatnya mendatanginya dan menyelamatkannya dari tangan para malaikat tersebut.

Kisah Habib Noh, Wali Sakti dari Singapura

Singapura, Negeri Melayu yang berpenduduk mayoritas Chinese dan beragama Nasrani, ternyata tetap melestarikan tradisi dan peninggalan bersejarah kaum muslimin. Misalnya karamat Habib Noh. Makam sufi yang berusia lebih dari seabad itu tetap terpelihara dengan baik.

Di ketinggian sebuah bukit terlihat bangunan yang dikelilingi taman asri, bersih dan tenteram. Dari Jalan Palmer, semua tampak jelas. Burung-burung merpati yang bebas berterbangan atau bertengger disekitarnya menambah kesejukan suasana di tengah kesibukan Bandar Raya Negeri Singa tersebut. Penduduk setempat, dari rumpun melayu atau kaum muallaf, juga orang-orang dari berbagai negeri, seperti Malaysia, Thailand dan Indonesia masih banyak menziarahi tempat yang dikenal sebagai keramat Habib Noh ini.

Syekh Jangkung, Wali Lugu dari Pati

Wali yang termasuk murid Sunan Kalijaga ini terkenal dengan keluguannya. Sifat itu membawanya pada ketulusan sejati seorang manusia.
Masyarakat Desa Miyono gempar. Branjung, salah satu warga yang cukup terpandang karena kekayaannya, ditemukan tewas di kebun belakang rumahnya. Segera petugas dari desa mengusut ke tempat kejadian perkara, menyelidiki sebab kematian Branjung dan siapa pembunuhnya.
Di saat warga Desa Miyono sudah berkerumun di rumah Branjung tiba-tiba muncul Saridin. Masyarakat langsung menunjukkan pandangan pada adik ipar Branjung yang terkenal melarat itu. Saridin datang dengan sebilah bambu runcing yang ujungnya berlumuran darah. Segera Saridin dipanggil. “Kemari kamu, Din,” ujar seorang petugas.

Kisah Raden Rahmatullah, Sunan Ampel dan Ajaran-ajarannya

Raden Rahmatullah (Sunan Ampel) lahir di negeri Cempa pada tahun 1401 M. Putra dari seorang ibu yang bernama Dewi Candrawulan putri dari Raja Cempa.
Adapun ayahnya bernama Ibrahim Al-Ghazi, seorang ulama besar dari Samarqandi dekat Bukhara, sebuah daerah yang terletak di wilayah Rusia Selatan. Sebagaimana kita ketahui bahwa daerah tersebut terkenal sebagai tempat kelahiran ulama besar ulama termasyhur sebagai perawi hadis shahih, yaitu Imam Bukhari.
Menurut riwayat, bahwa Ibrahim Al-Ghazi atau sering disebut sebagai Ibrahim Asmaraqandi, datang ke ke Negeri Cempa untuk menyebarkan agama Islam ke negara-negara Asia atas perintah ayahnya yang bernama Syekh Jamaluddin Jumadil Kubra.

Sunan Bayat

Setelah insyaf, Adipati Pandanaran banyak mendirikan masjid dan melepaskan semua harta kekayaan untuk menjadi murid Sunan Kalijaga.
Kadipaten Pandanaran, di daerah Semarang, sekian puluh tahun silam pernah diperintah seorang adipati yang sangat kaya seolah memuja harta dunia. Kekayaannya berupa tanah, rumah, ternak. Dialah Ki Ageng Pandanaran. Tanahnya dimana-mana, rumahnya bertebaran, ternaknya memenuhi beberapa kandang. Di setiap rumah pasti ada seorang istri, dan setiap istri pasti melahirkan anak-anaknya. Pendek kata ia sangat kaya raya dan bagaikan konglomerat.

Sunan Bonang

Umumnya para ahli sejarah berpendapat bahwa walisongo adalah perintis Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Perintis awal da’wah islamiyah itu adalah seorang wali yang bernama Syaikh Maulana Malik Ibrahim (wafat 1419 M). Beliaulah yang mendirikan pesantren pertama yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur.
Menurut sejarah, Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang berdarah Arab Persia, merupakan cikal-bakal para wali. Nama Malik Ibrahim yang sebenarnya adalah Makdum Ibrahim Asmara. Nama Asmara bukan nama Jawa, tapi kependekan dari Samarkandi.

Abdullah Al-Mubarak: Antara Cinta Asmara dan Cinta Allah

Sejak muda ia sudah bertobat dan mendapat pencerahan cahaya Ilahiah. Wali yang doanya makbul ini juga dikenal sebagai ahli hadits dan hartawan yang dermawan.
Suatu hari, anak muda itu tergila-gila kepada seorang gadis. Iapun terus menerus dirundung gundah gulana yang sangat dalam. Ia memuja dan mendambakan kekasih hatinya. Setiap detik selalu teringat si jantung hati. Suatu malam, di musim dingin, ia berdiri di bawah jendela kamar sang kekasih, menunggu sang pujaan. Ia rela berlama-lama di situ sekedar untuk menatapnya walau hanya sekejap. Butiran-butiran salju yang membasahi bajunya tak membuatnya gentar, ia tetap saja termangu sepanjang malam, menunggu si pujaan hati menampakkan parasnya.

Ma’ruf Al-Kharqi, Sufi yang Bertamu di Arasy

Ia mabuk cinta akan Dzat Ilahi. Konon, Allah mengkuinya sebagai manusia yang mabuk cinta kepada-Nya. Kebesarannya diakui berbagai golongan
Nama sufi ini tidak terlalu populer, meski sama-sama berasal dari Irak, namanya tak sepopuleh Syekh Abdul Qadir Jailani, Manshur Al-Hallaj, atau Junaid Al-Baghdadi. Dialah Ma’ruf Al-Kharqi, salah seorang sufi penggagas paham cinta dalam dunia Tasawuf yang jiwanya selalu diselimuti rasa rindu yang luar biasa kepada sang Khalik. Tak salah jika ia menjadi panutan generasi sufi sesudahnya. Banyak sufi besar seperti Sarry Al-Saqaty, yang terpengaruh gagasan-gagasannya. Ia juga diangap sebagai salah seorang sufi penerus Rabi’ah Al-Adawiyah sang pelopor mazhab Cinta.
Nama lengkapnya Abu Mahfudz Ma’ruf bin Firus Al-Karkhi. Meski lama menetap di Baghdad, Irak, ia sesungguhnya berasal dari Persia, Iran. Hidup  di zaman kejayaan Khalifah Harun Al-Rasyid dinasti Abbasiyah. tak seorangpun menemukan tanggal lahirnya. Perhatikan komentar Sarry As-Saqaty, salah seorang muridnya. “Aku pernah bermimpi melihat Al-Kharqi bertamu di Arasy, waktu itu Allah bertanya kepada Malaikat, siapakah dia? Malaikat menjawab, “Engkau lebih mengetahui wahai Allah,” maka Allah SWT berfirman, dia adalah Ma’ruf Al-Kharqi, yang sedang mabuk cinta kepadaku.”

Abu Darda, Saudagar yang “Berniaga” dengan Allah

abu-dardaSalah seorang di antara sahabat Rasulullah SAW yang utama ialah Abu Darda. Ia dikenal sebagai sahabat yang cerdas, tapi hidupnya sederhana. Ia bahkan menjalani hidup sebagai sufi yang wara – menjauhi kehidupan duniawi, lebih mementingkan ibadah. Ia salah seorang sahabat yang kehidupan ibadahnya menjadi teladan bagi sahabat Nabi yang lain.
Tak jelas, kapan Abu Darda, salah seorang hartawan Madinah dan saudagar yang terkenal jujur itu, masuk Islam karena kejujurannya, banyak orang yang lebih suka berdagang dengannya ketimbang dengan pedagang lain. Sebab sebagai pedagang ia tidak pernah menipu.
Tentang keislamannya, Abu Darda menyatakan. “Aku mengislamkan diriku kepada Rasulullah SAW ketika aku ingin agar ibadah dan perniagaan dapat terhimpun dalam diriku. Tapi tidak berhasil. Lalu aku kesampingkan perniagaan, agar aku dapat lebih banyak beribadah kepada Allah SWT. Sesungguhnya aku tidak terlalu gembira meski setiap hari untung 300 dinar. Allah memang tidak mengharamkan perniagaan, tapi aku lebih suka bergabung dengan orang yang dalam berniaga tidak melalaikan Allah SWT.

Ahmad Ibnu Khadruya, Tujuh Puluh Hati dengan Cahaya Iman

Balkh-cityAbu Hamid Ahmad ibnu Khadhruya al-Balkhi. Adalah seorang warga terhormat Kota Balkh. Istrinya adalah seorang wanita solikhah, putrid dari Gubernur Kota Balkh.
Ahmad kerap dihubungkan dengan Hatim al-Asamm dan Abu Yazid al-Bisthami. Ia meninggal dunia di Nisyabur pada tahun 240 H / 864 M dalam usia 95 tahun.
Ia memiliki seribu orang murid. Setiap muridnya mampu berjalan diatas permukaan air dan terbang di udara. Ahmad mengenakan pakaian serdadu. Fatimah, istrinya, termasuk salah seorang wali sufi. Ia adalah putri dari Pangeran Balkh. Setelah bertobat, ia mengirim utusan untuk menemui Ahmad. “Mintalah aku dari ayahku.”

MP3 Pengajian KH. Jamaludin Ahmad

Berikut saya bagikan pengajian dari KH. Jamaludin Ahmad, disini ada setidaknya 100 tausiyah / ceramah / mauidhoh hasanah dari KH. Jamaludin Ahmad. Inilah link downloadnya:
Download kumpulan pengajian KH. Jamaludin Ahmad

Abu Hafs Al-Haddad

Abu Hafs Amr ibnu Salamah al-Haddad adalah seorang tukang pandai besi di Nisyabur. Ia pergi ke Baghdad dan bertemu dengan Junaid yang mengagumi ketaatannya. Ia juga bertemu dengan As-Syibli dan para sufi mazhab Baghdad lainnya.
Kemudian ia kembali lagi ke Nisyabur, melanjutkan pekerjaannya sebagai tukang Pande Besi, dan meninggal dunia di sana pada 265 H / 879 M.
Sebagai seorang lelaki muda Abu Hafs pernah jatuh cinta pada seorang gadis pelayan. Begitu tergila-gilanya Abu Hafs pada gadis itu, sampai-sampai setiap hari ia selalu gelisah.
Teman-temannya berkata padanya, “Ada seorang dukun Yahudi tinggal di pinggiran Kota Nisyabur. Ia akan bisa membantumu.”
Abu Hafs pergi menemui dukun Yahudi yang dimaksud dan menjelaskan masalahnya.

Kamis, 21 Maret 2013

Ucapan yang Mulia


Tak akan berkata jorok, si orang mulia,
tak akan pula menghapal ucapan tercela
Ia curahkan semua tenaga,
dan bila bicara indah dan benar ucapannya

Jalaluddin Rumi, Menggapai Cinta Ilahi dengan Menari

Puisi karya Jalaluddin Rumi dikenal luas, dan menjadi sumber rujukan bagi setiap kajian mengenai dunia sufi selama beberapa abad terakhir. lahir pada 30 September 1207 M di Balkh (kini Afganistan) dari keluarga Bangsawan. Ayahnya Baha’ Walad, adalah seorang Fuqaha (ahli Fiqih) yang juga sufi dan mengajar syariat di masjid dan tempat umum lainnya.
Meski Baha’ menikah dengan wanita Bangsawan, ia menentang kibijakan Sultan Kharazmashan ketika itu. Mula-mula Sultan selalu menghadiri pengajian Baha’, tetapi karena pembelotan Baha’ dan cemburu, gara-gara Baha’ kian populer di mata rakyat. Sultan tidak lagi hadir . belakangan Sultan mencurigai ajaran Baha’ dan akhirnya Baha’ dianggap sebagai musuh.

Al-Qur'an Menerangi Hati


"Terangi rumahmu dengan lampu, dan terangi hatimu dengan Al-Qur'an."

---Al Habib Abdullah bin Muhsin Al Atthos---

Habib Al-Ajami

Nama lengkapnya adalah Habib ibnu Muhammad al-Ajami al-Bashri. Dia orang Persia yang tinggal di Bashrah. Dia seorang perawi terkemuka yang meriwayatkan hadits dari Hasan Bashri, Ibnu Sirin dan lainnya. Keberpalingannya dari kesenangan hidup dan dari memperturutkan hawa nafsunya, dipicu oleh kefasihan Al-Hasan. Habib sering menghadiri ceramah-ceramahnya, dan akhirnya menjadi salah satu teman terdekatnya.
Awalnya dia seorang yang kaya raya yang berprofesi sebagai lintah darat. Ia tinggal di Bashrah. Setiap hari ia berkeliling kota untuk menagihi orang-orang yang berhutang padanya. Jika tidak ada uang, ia akan meminta pembayaran dengan kulit domba untuk bahan sepatunya, begitulah mata pencahariannya.

Rasa Takut dan Harap Adalah Obat

 
Rasa takut kepada Allah Al-Adhim
dan juga rasa harap,
Keduanya adalah obat
yang sangat bermanfaat
---Habib Abdullah Al Haddad---

Ahmad Ibnu Harb

Ahmad ibnu Harb an-Naisyaburi adalah seorang sufi terkemuka dari Nisyabur, seorang ahli hadits yang handal, dan seorang pejuang di sejumlah perang suci. Ia datang ke Baghhdad pada masa Ahmad bin Hambal dan mengajar di sana. Ia wafat pada 234 H / 849 M dalam usia 85 tahun.
Ia bertetangga dengan seorang Zoroastrian yang bernama Bahram. Bahram mengirim seorang untuk melakukan perjalanan dagang. Di tengah perjalanan, seluruh barang milik Bahram dibawa lari para pencuri.
Saat Ahmad mendengar berita pencurian itu, ia berkata pada muridnya, “Bangkitlah, musibah telah menimpa tetangga kita. Mari kita ke rumahnya dan menyatakan ikut berduka, walaupun ia seorang Zoroastrian, namun ia tetap tetangga kita.”
Ketika mereka tiba di depan pintu rumah Bahram, si tuan rumah nampak sedang menyalakan api sesembahannya. Bahram berlari menyambut mereka dan mencium tangan Ahmad. Bahram berpikir mungkin mereka lapar. Walaupun saat itu roti sulit di dapat, Bahram menyuguhkan roti di atas meja untuk mereka.
“Tidak usah repot-repot,” kata Ahmad, “Kami datang untuk menyatakan rasa simpati kami. Aku dengar barang-barangmu telah dicuri.”

Mengetahui Kesetiaan Orang

"Wajah adalah lembaran yang dapat dibaca. Jika hatinya keras, wajahnya tampak keras dan muram, hampir tidak pernah senyum. Jika hatinya lembut, ia akan bersikap ramah kepada teman-temannya, rindu pada kampung halaman, dan menyesali umur yang telah disia-siakannya. Sebagaimana dikatakan, bahwa jika kamu ingin mengetahui kesetiaan seseorang, maka perhatikanlah kerinduannya pada kampung halamannya, kesedihannya ketika mengingat teman-temannya yang telah meninggal dan penyesalannya atas umur yang telah dilewatkannya."
---Syu'bah bin Hajjaj---

Abu Bakar Asy-Syibli, Sufi yang Hendak “Membakar” Neraka

Ia pernah menjadi gubernur. Demi mencari kebenaran Ilahiah, ia rela meninggalkan jabatan, lalu jadi pengemis, dan sempat kelaparan.
Nama Abu Bakar Asy-Syibli banyak menghiasi berbagai kitab tentang sufi. Ulama besar ini tidak hanya dikenal dengan konsepnya tentang bagaimana menempuh jalan kerohanian, tapi juga terkenal karena kehidupannya yang unik. Harta berlimpah dan jabatan tinggi ditinggalkannya, demi memburu hakikat hidup dalam ritus sufisme yang mendalam. Tak pelak kehidupannya yang unik memberikan inspirasi para peminat tasawuf bagi generasi-generasi berikutnya.
Nama aslinya adalah Abu Bakar bin Dulaf ibnu Juhdar Asy-Syibly. Nama Asy-Syibli dinisbatkan kepadanya karena ia dibesarkan di Kota Syibli di wilayah Khurasan, Persia. Ia dilahirkan pada 247 H di Baghdad atau Samarra dari keluarga yang cukup terhormat. Mendapat pendidikan di lingkungan yang taat beragama dan berkecukupan harta, ia berkembang menjadi seorang yang cerdas.

Allah Is More Kind


Allah is more kind to His servants than a woman is to her child.
---Sahih Muslim No. 2754---

Al-Muhasibi, Penjaga Batin dari Basrah

Tentang al-Muhasibi, sufi besar Al-Imam Al-Qusyairi berkata: “Ia sufi yang tiada tandingannya dalam hal otoritas keilmuan, kesalehan. Pergaulan dan kekayaan intelektualnya.”
Siapa sebenarnya Al-Muhasibi, sehingga Al-Qusyairi begitu mengaguminya? Warisan apa yang ia tinggalkan buat generasi kaum muslimin masa kini?
Nama lengkapnya Abu Abdillah Al-Haris ibnu Asad Al-Basri Al-Muhasibi. Lahir pada abad ke-2 Hijriyah (165 H/781 di Basrah, Irak. Ia dibesarkan dalam keluarga yang berada baik secara materi maupun intelektual.
Dengan mudah ia pun pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu, dan di sana pula ia berkembang menjadi seorang intelektual. Ia menulis banyak kitab, meliputi berbagai ilmu pengetahuan seperti tafsir, hadis, fikh sampai tasawuf. Sementara pergaulannya yang luas dengan berbagai kalangan menghasilkan karya-karya dengan sudut pandang yang luas dan mendalam. Apalagi ia berguru kepada banyak ulama yang beberapa diantaranya sangat terkenal, seperti Imam Syafi’i, Yazid bin Harun, dan sebagainya.
Mula-mula ia mempelajari fikih, hadis dan tafsir. Dengan cepat murid yang cerdas ini menguasai cabang-cabang ilmu tersebut, bahkan belakangan ia dikenal sebagai ahli hadits pada zamannya. Para guru hadisnya, Syekh Hasyim Syureh bin Yunus, Yazid bin Harun, Abu an-Nadar, dan Junaid bin Daud. Sementara guru Fikihnya, Imam Syafi’i, Abi Ubaid Qasim bin Salim, dan Qadi Abu Yusuf.

Abu Thalib Al-Makki

Abu Thalib Al-Makki, Pemandu Amalan Tarekat Para Sufi

Ia dikenal sebagai sufi jenius dalam hal pemikiran yang tertuang dalam beberapa kitab, juga pengarang kitab ilmul Qulub dan Qutubul Qulub fi Mu’ammalatil Mahbub, yang cukup populer dikalangan para sufi maupun pengamat Tasawuf karena sering dirujuk dalam berbagai perbincangan. Dialah Abu Thalib Al-Makki.
Ia lahir di Jabal, sebuah desa tidak jauh dari Baghdad, Irak. Nama lengkapnya Muhammad bin Ali bin Athiyah Abu Thalib Al-Makki Al-Haritsi Al- Maliki. Dua nama di bagian belakang adalah julukannya. Ia mendapat julukan Al-Haritsi, karena memang dari suku Harits. Sedangkan julukan Al-Maliki, sebab ia bermazhab Maliki, sementara julukan Al-Makki, karena ia dibesarkan di Mekah.
Seperti beberapa sufi besar lainnya, tahun kelahiran Abu Thalib juga sulit ditemukan, tapi riwayat hidupnya bisa dilihat dari beberapa catatan dalam berbagai leteratur, meski hanya sedikit, catatan-catatan tersebut bisa mengungkapkan perikehidupannya. Abu Thalib Al-Makki wafat pada tahun 368 H / 966 M di Bahgdad.

Situs Sejarah Islam di Makkah Terancam Punah


Di Bawah Komando Saudi dan Ulama Wahabi Saudi, Situs Sejarah Islam di Makkah Terancam Punah 

Di Bawah Komando Saudi dan Ulama Wahabi Saudi, Situs Sejarah Islam di Makkah Terancam Punah

Beberapa situs paling suci bagi umat Islam, Mekkah, di Arab Saudi terancam punah. Pemerintah Kerajaan di Riyadh setuju dengan pembangunan Masjidil Haram menjadi kawasan megapolitan. Akibatnya, beberapa peninggalan sejarah Rasul Muhammad saw dinyatakan hilang.
The Independent baru-baru ini mengatakan upaya penyulapan kawasan Masjidil Haram menjadi kawasan elitis telah berlangsung sejak sepekan lalu.
Sebuah dokumentasi yang dilansir beberapa media internasional menunjukkan aktivitas pengerukan tanah di sebalah timur Ka’bah. Jejeran eskavator melubangi lahan dan membumihanguskan beberapa situs-situs bersejarah umat Islam.

Selasa, 19 Maret 2013

Sifat Wara Imam Abu Hanifah




Yazid bin Harun berkata, “Saya belum pernah mendengar ada seseorang yang lebih wara’ dari pada Imam Abu Hanifah. Saya pernah melihat beliau pada suatu hari sedang duduk di bawah terik matahari di dekat pintu rumah seseorang. Lalu saya bertanya kepadanya, “Wahai Abu Hanifah! Apa tidak sebaiknya engkau berpindah ke tempat yang teduh?”
Beliau menjawab, “Pemilik rumah ini mempunyai hutang kepadaku beberapa dirham. Maka, saya tidak suka duduk di bawah naungan halaman rumahnya.”
Sikap seperti apa yang lebih wara daripada sikap ini? Di dalam riwayat lain disebutkan bahwa beliau ditanya mengapa enggan berdiam di tempat teduh, lalu Abu Abu Hanifah berkata kepadaku. “Pemilik rumah ini mempunyai sesuatu. Maka, saya tidak suka berteduh di bawah naungan dindingnya, sehingga hal tersebut menjadi upah suatu manfaat.” Saya tidak berpendapat bahwa hal tersebut wajib bagi semua orang, akan tetapi orang alim wajib menerapkan ilmu untuk dirinya sendiri lebih banyak daripada yang dia ajarkan kepada orang lain.

Menolong Janda dan Anak Yatim, Allah Balas dengan Surga


Terdapat riwayat tentang seseorang dari kaum alawiyyin bahwa dia singgah di daerah ‘ajam (selain bangsa Arab). Dia mempunyai seorang istri alawiyah dan beberapa anak perempuan. Mereka hidup dengan kenikmatan yang melimpah. Kemudian sang suami meninggal dunia. Setelah itu, istri dan putri-putrinya mengalami kefakiran dan sangat membutuhkan. Lantas perempuan tersebut bersama putri-putrinya keluar ke daerah lain lantaran khawatir musuh-msuhnya merasa gembira dengan musibah yang menimpanya. Lantaran udara yang terlalu dingin, perempuan tersebut membawa anak-anaknya singgah ke beberapa masjid yang dimuliakan.
Tatkala perempuan tersebut berjalan untuk mencari makanan, dia melewati dua orang, yaitu seorang muslim yang merupakan sesepuh daerah tersebut dan orang Majusi yang merupakan penanggung jawab daerah tersebut. Perempuan itu menemui lelaki muslim tadi, dia bercerita kepadanya mengenai kondisi dirinya dan bahwa dia merupakan golongan alawiyah dan syarifah. Dia ingin mendapat makanan untuk anak-anaknya. Lalu si muslim berkata, “Tunjukkan bukti dan saksi bahwa engkau seorang alawiyah dan syarifah.”
Perempuan tersebut menjawab, “Saya perempuan asing. Di daerah ini tidak ada orang yang mengenali saya.”

Amal yang Afdhol



"Amal yang paling afdhol adalah amal yang dibenci oleh hawa nafsu."
---Umar bin Abdul Aziz---

Kunci Kekayaan dan Kemiskinan



"Kunci kekayaan adalah shadaqah, dan kunci kemiskinan adalah pelit."

---Al Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid---

Abu Utsman Al-Hiri

Abu Utsman Sa’id ibnu Ismail al-Hiri al-Nisyaburi, berasal dari Rayy, dimana ia mengenal Yahya ibnu Mua’adz ar-Radhi dan Syah ibnu Syuja al-Kirmani. Ia pindah ke Nisyabur dimana ia berada di bawah bimbingan Abu Hafs al-Haddad, ia menemui Junaid di Baghdad, dan wafat di Nisyabur pada 298 H / 911 M.
“Hatiku, sejak dari kecil, selalu mencari realitas,” kata Abu Utsman al-Hiri. “Aku tidak menyukai para pengikut agama formal, dan aku selalu yakin bahwa ada sesuatu yang lain yang terpisah dari apa yang dipercayai oleh orang-orang awam, bahwa jalan hidup islami menyimpan segudang misteri selain dari manifestasi-manifestasi eksternalnya.”
AllahSuatu hari Abu Utsman pergi ke sekolah ditemani oleh empat orang budak, masing-masing dari Ethiopia, Yunani, Kashmir, dan Turki. Tangannya menggenggam sebuah kotak pena yang terbuat dari emas, kepalanya berbalut serban halus, dan badannya diselubungi oleh jubah sutra.
Di tengah jalan ia melihat sebuah penginapan kuno, ia mengintip ke dalam dan melihat di sana ada seekor kekeldai dengan luka di punggungnya. Seekor burung gagak mematoki luka di punggungnya, si keledai itu tak kuasa mengusirnya. Ia meresa iba melihatnya.
“Mengapa engkau bersamaku?” Tanya Utsman kepada salah seorang budaknya.
“Untuk membantumu dalam keadaan apapun yang terlintas di benakmu,” jawab sang budak.
Seketika itu Utsman melepas jubah sutranya dan menggunakannya untuk menyelubungi punggung keledai itu. Ia juga membalut luka keledai itu dengan serban halusnya.

Kunci Kesuksesan



Berkata Al-Habib Abdullah bin Muhsin Al Atthos:
"Kunci kesuksesan ada 3, yaitu:
1. Menuntut ilmu dan beramal,
2. Istiqamah dan sabar,
3. Saling menghormati."

Abu Bakar Al-Kattani, Ulama dan Sejarawan Pelita Masjidil Haram


al-quran 

Pada abad IV H, ada seorang ulama besar yang mendapat julukan “Pelita Masjidil Haram”. Masjid yang megah dan selalu diterangi lampu-lampu sepanjang siang dan malam itu, semakin semarak dengan hadirnya “Sang Pelita”. Ia adalah Abu Bakar Muhammad bin Ali bin Ja’far Al-Kattani – yang setiap hari salalu membaca dan mengkhatamkan Al-Qur’an.
Lahir di Baghdad, awalnya ia pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji, tapi kemudian menetap disana hingga wafat pada 322 H / 934 M. dan selama 30 tahun menetap di Mekah, ia dikenal sebagai ulama yang tidak pernah tidur.
Setiap hari ia duduk di bawah pancuran air dalam Masjidil Haram, dan selama itu pula ia cukup berwudlu sekali dalam 24 jam. Setiap kali tawaf di Ka’bah, konon, ia sempat membaca 20 ribu ayat.

Think Carefully

Be careful what you think of others, for their link with the Almighty could be much stronger than us.

Mengenal Al-Jilli, Sufi Misterius, Kaya Ilmu, dan Kreatif

Dalam alam pemikiran Islam dikenal apa yang disebut “Insan Kamil”, alias manusia yang sempurna. Insan Kamil merupakan derajat spritual yang paling tinggi, yang menjadi dambaan setiap muslim. Bisa mencapai derajat sebagai Insan Kamil sangat berarti bagai seorang yang beriman, karena mereka benar-benar dapat merasakan makna sebagai manusia yang sesungguhnya.
Derajat sebagai Insan Kamil hanya dikenal dalam dunia tasawuf. Banyak cara atau metode untuk mencapai derajat tersebut yang dirumuskan oleh para sufi masyhur. Diantaranya, Al-Jilli, dalam kitabnya, Al-Insanul Kamil fi Makrifat al-Awakhir wa Awa’il. Ia menulis pendapatnya tentang Insan Kamil dengan cukup Mendetail – sehingga sering dikutip banyak penulis hingga kini. Nama lengkapnya Abdul Karim ibnu Ibrahim ibnu Khalifah ibnu Ahmad ibnu Mahmud al-Jilli. Kapan ia lahir dan wafat, dimana ia lahir dan wafat, para sejarawan dan pengamat sufi berbeda pendapat. Al-Jilli memang sufi yang misterius, karena riwayat hidupnya juga sangat sulit dilacak. Menurut pengamat sufi Ignaz Goldziher, Al-Jilli lahir di sebuah desa dekat Bagdad yang bernama Al-Jil – yang kemudian dinisbatkan di belakang namanya.

Ashabul Kahfi, Tertidur di Gua Selama Tiga Abad

Tujuh pemuda beriman ditidurkan oleh Allah SWT selama tiga abad lebih. Bukti kekuasaan-Nya, Yang Maha Berkuasa Menghidupkan dan Maha Mematikan.

 
Pesta hari itu sangat meriah, seluruh penduduk Negeri Upsus, di pinggiran Kota Amman, Yordania, berpesta pora. Hidangan melimpah ruah. Ada riwayat yang mengungkapkan, peristiwa itu berlangsung puluhan tahun setelah zaman Nabi Isa. Di zaman Islam, Negeri Upsus berganti nama menjadi Tharsus.
Sejumlah patung dan berhala itu tak cuma dihias, tapi juga dipuja, dihormati dan disembah seolah-olah benda mati itulah yang telah memberikan segalanya kepada mereka. Mereka memang pemuja berhala, agama warisan nenek moyang.

Hati yang Mulia

Hati yang paling mulia adalah ketika ia selalu berhubungan dengan Allah SWT.

Hati itu bagaikan cermin, memantulkan bayangan dari semua yang ada dihadapannya. Karena itu manusia harus menjaga hatinya, sebagaimana ia menjaga kedua bola matanya.

---Al Habib Muhammad bin Abdullah bin Syeikh Alaydrus---

MP3 Kajian Jurus Taqwa

Ini dia nih kajian yang menurut beta luar biasa. Bedah buku "Jurus-jurus Taqwa" oleh Habib Novel.
Jurus Taqwa

MP3 Pengajian Habib Jindan

Pan donlod? klik ning ngisor kene kye....
MP3 Pengajian Habib Jindan

Senin, 18 Maret 2013

Siapakah Bos yang Wajib Dipatuhi?

"Bos yang wajib dipatuhi adalah Allah"
---Al Habib Umar bin Hud Al Atthos---

Sabtu, 16 Maret 2013

Sadaqah (Charity)

"Sadaqah (charity) extinguishes sin as water extinguishes fire."
---Rasulullah SAW [Ahmad, Tirmidhi]---

Teman yang Baik dan Buruk

Sebaik-baik teman adalah Al-Qur'an, dan seburuk-buruk teman adalah syaithan.
---Al Habib Abdullah bin Muhsin Al Atthos---

Tiga Cara Agar Ibadah Istiqamah

Dalam tausiyahnya Al-Habib Ali Al-Jufri menyampaikan 3 cara agar ibadah kita bisa istiqamah. Ketiga cara itu adalah:
1. Do'a dan pengharapan kepada Allah
2. Menjaga pandangan, pendengaran, dan perkataan
3. Hadirkan hati bersama Allah ketika beribadah

Empat Cara Agar Dapat Bermimpi Bertemu Rasulullah SAW

Dalam tausiyahnya Al-Habib Ali Al-Jufri menyampaikan 4 cara agar bisa bertemu dengan Rasulullah SAW dalam mimpi. Empat cara itu adalah:
1. Perbanyak shalawat keatas Baginda Rasulullah SAW
2. Mengagungkan sunnah Baginda Rasulullah SAW
3. Berkhidmat dengan umat Baginda Rasulullah SAW
4. Menyebarkan dakwah Baginda Rasulullah SAW

Sembilan Prinsip Da'wah Walisongo

1. Kalimasada senjatane ( Senjatanya adalah Iman, Islam dan Ihsan yang terkandung dalam Syahadat) Artinya : selalu mendakwahkan iman, Islam, Ihsan. Mengajak umat untuk kembali kepada Allah dan setia pada Rasulullah.
2. Becik ketitik, Olo ketoro (Kebenaran akan selalu menang, dan kemungkaran akan lenyap binasa). Artinya: Dakwah Wali Songo adalah dakwah dalam kebenaran dengan cara damai. Dan Allah pasti akan menolongnya.
3. Sugih tanpa banda (Kaya tanpa modal harta).Artinya : Jangan rakus pada harta….kebahagiaan adalah ketika kita mampu mendakwahkan agama, dakwah jangan bergantung pada harta.
4. Nglurug tanpa bala (Menyerbu tanpa banyak orang/tentara).Artinya : jangan terhijab dan terpesona dengan banyaknya jumlah kita,…..karena kemenangan berasal dari pertolongan Allah. Bukan karena banyaknya pengikut.
5. Menang tanpa ngasorake (Menang/unggul tanpa merendahkan orang). Artinya : Berdakwah harus dengan cinta, damai dan lemah lembut, jangan menganggap hina musuh-musuh kita….kita pasti unggul dengan sikap tawadhu’…..jangan merendahkan org lain (jangan sombong).
6. Mulya tanpa punggawa (Mulia tanpa anak buah). Artinya : kemuliaan hanya dalam iman, takwa, akhlak dan pengamalan Islam secara Kaaffah, bukan karena banyaknya pengikut
7. Mletik tanpa sutang (Melompat jauh tanpa galah/tongkat panjang).Artinya : Niat untuk berdakwah ke seluruh penjuru alam adalah berkat pertolongan Allah, bukan karena sebab-sebab yang lain.
8. Mabur tanpa lara (Terbang tanpa sayap). Artinya : kita bergerak untuk berdakwah menjumpai umat di mana pun berada.
9. Menang tanpa tanding (Menang tanpa berperang). Artinya : Berdakwah adalah dengan hikmah, cinta, kasih, damai, kata-kata yang sopan, akhlaq yang mulia dan doa-doa yang selalu dipanjatkan kepada Allah agar umat seluruh alam mendapatkan hidayah dari Allah. Bukan dakwah dengan kekerasan atau anarkis.

Jaga Mulut

Manusia yang berjaya ialah yang menutup mulutnya sebelum orang lain menutup telinga mereka.

Jangan Sok Pintar

"Orang yang bodoh itu masih bisa diharapkan menjadi pintar; tapi orang yang merasa pintar, sadar atau tidak, telah membiarkan dirinya tetap bodoh."
---KH. Musthofa Bisri (Gus Mus)---

Do'a Hamba

Sebelum kain kafan melilit ditubuhku
Pungkasilah umurku dengan menyebut asma-Mu....

Jadikan liang lahadku seindah taman syurgawi
Tiada kesusahan dan kesedihan...

Tempatkanlah aku di dalam surga-Mu yang Mulia
di sisi kekasih-Mu yang terpilih...

Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepadanya
Istri-istri, Shahabat dan orang-orang yang mengikutinya...

Sultan dan Sufi

Alkisah, seorang Sultan sedang berparade di jalan-jalan utama kota Istanbul, dengan dikelilingi para pengawal dan tentaranya. Seluruh penduduk kota datang untuk melihat sang Sultan. Semua orang memberikan hormat ketika Sultan lewat, kecuali seorang darwis yang amat sederhana.
Sang Sultan segera menghentikan paradenya dan menyuruh tentaranya untuk membawa darwis itu menghadap. Ia menuntut penjelasan mengapa darwis itu tak memberikan penghormatan kepadanya ketika ia lewat.

Spiritualitas Abu Dzarr Al-Ghifari

Kehidupan sufi tidaklah seperti yang dibayangkan orang selama ini; di ruang gua yang sempit di tengah hutan atau di puncak menara. Stigma mementingkan kesalehan pribadi dan mengabaikan kesalehan sosial yang selalu dilekatkan pada ajaran spiritual ini mungkin perlu ditelaah ulang. Jika kita mau merunut akar sejarah sufi hingga zaman sahabat Nabi, justru kita akan menemukan pribadi-pribadi yang sangat membenci dan menentang terjadinya ketimpangan sosial.

Abu Dzarr al-Ghifari adalah tokoh sufi yang sangat disegani di kalangan sahabat. Meskipun enggan dengan kekayaan, ia sangat memikirkan kesejahteraan rakyat. Beliau tidak henti-hentinya menyuarakan pemerataan ekonomi di masyarakat. Ia tidak rela melihat ketimpangan dan gap yang curam antara si miskin dan si kaya. Ia berteriak dari Syiria hingga ke pusat pemerintahan Islam di Madinah agar si kaya tidak menumpuk kekayaan pribadi.

DO'A DENGAN BACAAN SURAH AL-FATIHAH


Sebagian besar umat Islam Indonesia sering melakukan doa dengan bacaan al-Fatihah, apakah terkait pembukaan acara, mengirim doa untuk para almarhum, ziarah kubur dan sebagainya. Adakah dasar pembacaan al-Fatihah dalam doa?

Jawaban

Al-Quran menyebutkan bahwa ada 7 ayat yang diulang-ulang (as-Sab'u al-Matsani. QS al-Hijr: 87), para ahli tafsir sepakat bahwa yang dimaksud 7 ayat tersebut adalah surat al-Fatihah.

Dalam riwayat Bukhari (2276) dan Muslim (5863) Abu Said al-Khudri yang dimintai tolong oleh sekelompok suku yang pimpinannya sakit karena tersengat hewan. Abu Said mengobatinya dengan doa al-Fatihah. Setelah dilaporkan kepada Rasulullah Saw, beliau bertanya: "Darimana kamu tahu bahwa al-Fatihah untuk ruqyah (pengobatan)? Kalian sudah benar." Dalam riwayat Abu Dawud, Turmudzi dan Nasai ada juga seorang sahabat yang memakai al-Fatihah untuk mengobati orang yang kesurupan. Rasulullah pun tidak menyalahkannya.