Sabtu, 13 Juli 2013

Kiat-Kiat Khusyu’ Dalam Shalat

Shalat adalah ibadah anggota badan yang paling afdhol, oleh karena itu dalam rukun islam di tempatkan nomor dua setelah syahadatain. Shalat terdiri daripada bacaan-bacaan seperti takbir, surat fatehah, tasyahud, tasbih dan lain-lain, juga terdiri dari gerakan-gerakan seperti berdiri, ruku’, sujud dan lain-lain. Selain itu, dituntut juga ibadah hati dalam shalat yaitu khusyu’ dalam mengerjakannya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an :

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ .الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya,

Keutamaan Shalawat Bagi Orang Yang Banyak Berbuat Dosa

"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya"
Perkataan shalawat berasal dari bahasa Arab: ( الصلوات )‎, diambil dari perkataan shalat (الصلاة‎) yang berarti doa atau pujian. Shalawat Allah Subhanahu wa Ta’ala ialah pujian-Nya di sisi para malaikat. Shalawat malaikat ialah doa memohon tambahan gandaan pahala. Dan shalawat orang Mukmin ialah berdoa memohon supaya Allah Subhanahu wa Ta’ala melimpahkan rahmat, menambahkan kemuliaan, kehormatan dan kepujian kepada penghulu kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam .

Selasa, 09 Juli 2013

Mukjizat Nabi Muhammad SAW Terbelahnya Bulan


Mukjizat bulan terbelah. Peristiwanya terjadi pada masa Rasulullah saw masih berada di Makkah. Mengenai kejadiannya Allah SWT berfirman di dalam Alqur’an:
Dekatlah sudah (datangnya) saat itu (kehancuran musyrikin) dan bulan sudah terbelah. (QS al-Qamar: 1).

Terjadinya peristiwa tersebut diperkuat oleh nash berikutnya, yaitu:
Dan bila mereka (kaum musyrikin) melihat tanda kekuasaan Allah (mukjizat) mereka berpaling (bertolak belakang), lalu berkata, "Itu adalah sihir terus-menerus (yang selalu diperlihatkan oleh Muhammad)." (QS al-Qamar: 2).

Bulan terbelah tidak pernah terjadi selain saat diperlihatkan Allah SWT sebagai mukjizat untuk membenarkan dan memperkuat kebenaran Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasul. Peristiwa itu termasuk mukjizat besar. Para ulama ahli tafsir dan para ahli hadis sependapat, bahwa peristiwa tersebut merupakan mukjizat yang diperlihatkan Allah kepada kaum Musyrikin Quraisy yang selalu menuntut pembuktian tentang benarnya kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad saw beserta dakwahnya. Peristiwa luar biasa yang tidak mungkin terjadi kecuali atas kehendak dan kekuasaan Allah SWT.

Peristiwa mukjizat terbelahnya bulan sekaligus juga menunjukkan betapa mutlaknya kekuasaan Allah, kekuatan yang tidak terbatasi oleh apa pun. al-Khathabi mengatakan, peristiwa bulan terbelah merupakan mukjizat besar, lebih besar daripada mukjizat para Nabi dan para Rasul sebelum Nabi Muhammad saw. Peristiwa tersebut terjadi di alam malakut as-samawat (alam luar angkasa) sehingga tak ada cara yang dapat dilakukan oleh manusia untuk melakukan hal seperti itu. Karenanya, peristiwa mukjizat tersebut merupakan pembuktian tentang benarnya kenabian dan kerasulan Muhammad saw.

Abdullah bin Mas’ud r.a. mengatakan bahwa, peristiwa bulan terbelah terjadi pada masa hidupnya Rasulullah saw. Ketika menyaksikan kejadian itu kaum Musyrikin Quraisy menanggapinya, "Ah, itu sihirnya Ibn Abi Kabsyah (seorang tukang sihir terkenal di kalangan masyarakat Arab jahiliyah). Kita tunggu saja dulu, bagaimana kesaksian dari rombongan yang segera akan datang dari perjalanan jauh. Muhammad tidak mungkin dapat menyihir orang banyak!" Ketika rombongan yang mereka nantikan itu tiba, ternyata mereka (rombongan tersebut) juga memberitakan teijadinya peristiwa yang sangat aneh itu.

Menurut Abu Nu'aim r.a., mukjizat bulan terbelah itu adalah pembuktian tentang kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad saw. yang berulang-ulang dituntut oleh gerombolan Abu Jahl.

Ibn Abbas r.a. membenarkan kesaksian para sahabat Nabi yang menyaksikan sendiri peristiwanya dan mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi pada masa Rasulullah saw masih berada di Makkah.

Menurut Anas bin Malik r.a. (di dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim), peristiwa mukjizat tersebut merupakan jawaban atas tantangan kaum Musyrikin Quraisy. Jarak antara belahan yang satu dan belahan yang lain agak berjauhan se-hingga gunung Hira (di luar kota Makkah) tampak berada di antara dua belahan bulan.

Di dalam Sunan-nya, at-Turmudzi mengatakan bahwa peristiwa mukjizat itu terjadi semasa Rasulullah saw masih berada di Makkah. Belahan yang satu tampak di belakang gunung (mungkin yang dimaksud adalah gunung Hira) dan belahan yang lain tampak lebih rendah daripada gunung itu.

Masih banyak lagi para sahabat Nabi saw yang menyatakan kesaksian tentang teijadinya mukjizat bulan terbelah. Di antara mereka termasuk 'Abdullah bin 'Umar r.a., Jubair bin Muth'im r.a. dan lain-lain.

(Disadur dari Buku Peristiwa Ghaib, Barakat, & Mukjizat Kenabian Muhammad SAW, Syaikh Yusuf an-Nabhani et al. , Cetakan I, halaman 21-23)