Mukjizat bulan terbelah. Peristiwanya terjadi pada masa Rasulullah saw
masih berada di Makkah. Mengenai kejadiannya Allah SWT berfirman di
dalam Alqur’an:
Dekatlah sudah (datangnya) saat itu (kehancuran musyrikin) dan bulan sudah terbelah. (QS al-Qamar: 1).
Terjadinya peristiwa tersebut diperkuat oleh nash berikutnya, yaitu:
Dan
bila mereka (kaum musyrikin) melihat tanda kekuasaan Allah (mukjizat)
mereka berpaling (bertolak belakang), lalu berkata, "Itu adalah sihir
terus-menerus (yang selalu diperlihatkan oleh Muhammad)." (QS al-Qamar:
2).
Bulan terbelah tidak pernah terjadi selain saat diperlihatkan
Allah SWT sebagai mukjizat untuk membenarkan dan memperkuat kebenaran
Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasul. Peristiwa itu termasuk mukjizat
besar. Para ulama ahli tafsir dan para ahli hadis sependapat, bahwa
peristiwa tersebut merupakan mukjizat yang diperlihatkan Allah kepada
kaum Musyrikin Quraisy yang selalu menuntut pembuktian tentang benarnya
kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad saw beserta dakwahnya. Peristiwa
luar biasa yang tidak mungkin terjadi kecuali atas kehendak dan
kekuasaan Allah SWT.
Peristiwa mukjizat terbelahnya bulan
sekaligus juga menunjukkan betapa mutlaknya kekuasaan Allah, kekuatan
yang tidak terbatasi oleh apa pun. al-Khathabi mengatakan, peristiwa
bulan terbelah merupakan mukjizat besar, lebih besar daripada mukjizat
para Nabi dan para Rasul sebelum Nabi Muhammad saw. Peristiwa tersebut
terjadi di alam malakut as-samawat (alam luar angkasa) sehingga tak ada
cara yang dapat dilakukan oleh manusia untuk melakukan hal seperti itu.
Karenanya, peristiwa mukjizat tersebut merupakan pembuktian tentang
benarnya kenabian dan kerasulan Muhammad saw.
Abdullah bin Mas’ud
r.a. mengatakan bahwa, peristiwa bulan terbelah terjadi pada masa
hidupnya Rasulullah saw. Ketika menyaksikan kejadian itu kaum Musyrikin
Quraisy menanggapinya, "Ah, itu sihirnya Ibn Abi Kabsyah (seorang tukang
sihir terkenal di kalangan masyarakat Arab jahiliyah). Kita tunggu saja
dulu, bagaimana kesaksian dari rombongan yang segera akan datang dari
perjalanan jauh. Muhammad tidak mungkin dapat menyihir orang banyak!"
Ketika rombongan yang mereka nantikan itu tiba, ternyata mereka
(rombongan tersebut) juga memberitakan teijadinya peristiwa yang sangat
aneh itu.
Menurut Abu Nu'aim r.a., mukjizat bulan terbelah itu
adalah pembuktian tentang kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad saw. yang
berulang-ulang dituntut oleh gerombolan Abu Jahl.
Ibn Abbas r.a.
membenarkan kesaksian para sahabat Nabi yang menyaksikan sendiri
peristiwanya dan mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi pada masa
Rasulullah saw masih berada di Makkah.
Menurut Anas bin Malik
r.a. (di dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim), peristiwa mukjizat
tersebut merupakan jawaban atas tantangan kaum Musyrikin Quraisy. Jarak
antara belahan yang satu dan belahan yang lain agak berjauhan se-hingga
gunung Hira (di luar kota Makkah) tampak berada di antara dua belahan
bulan.
Di dalam Sunan-nya, at-Turmudzi mengatakan bahwa peristiwa
mukjizat itu terjadi semasa Rasulullah saw masih berada di Makkah.
Belahan yang satu tampak di belakang gunung (mungkin yang dimaksud
adalah gunung Hira) dan belahan yang lain tampak lebih rendah daripada
gunung itu.
Masih banyak lagi para sahabat Nabi saw yang
menyatakan kesaksian tentang teijadinya mukjizat bulan terbelah. Di
antara mereka termasuk 'Abdullah bin 'Umar r.a., Jubair bin Muth'im r.a.
dan lain-lain.
(Disadur dari Buku Peristiwa Ghaib, Barakat,
& Mukjizat Kenabian Muhammad SAW, Syaikh Yusuf an-Nabhani et al. ,
Cetakan I, halaman 21-23)