Selasa, 19 Maret 2013

Sifat Wara Imam Abu Hanifah




Yazid bin Harun berkata, “Saya belum pernah mendengar ada seseorang yang lebih wara’ dari pada Imam Abu Hanifah. Saya pernah melihat beliau pada suatu hari sedang duduk di bawah terik matahari di dekat pintu rumah seseorang. Lalu saya bertanya kepadanya, “Wahai Abu Hanifah! Apa tidak sebaiknya engkau berpindah ke tempat yang teduh?”
Beliau menjawab, “Pemilik rumah ini mempunyai hutang kepadaku beberapa dirham. Maka, saya tidak suka duduk di bawah naungan halaman rumahnya.”
Sikap seperti apa yang lebih wara daripada sikap ini? Di dalam riwayat lain disebutkan bahwa beliau ditanya mengapa enggan berdiam di tempat teduh, lalu Abu Abu Hanifah berkata kepadaku. “Pemilik rumah ini mempunyai sesuatu. Maka, saya tidak suka berteduh di bawah naungan dindingnya, sehingga hal tersebut menjadi upah suatu manfaat.” Saya tidak berpendapat bahwa hal tersebut wajib bagi semua orang, akan tetapi orang alim wajib menerapkan ilmu untuk dirinya sendiri lebih banyak daripada yang dia ajarkan kepada orang lain.

Menolong Janda dan Anak Yatim, Allah Balas dengan Surga


Terdapat riwayat tentang seseorang dari kaum alawiyyin bahwa dia singgah di daerah ‘ajam (selain bangsa Arab). Dia mempunyai seorang istri alawiyah dan beberapa anak perempuan. Mereka hidup dengan kenikmatan yang melimpah. Kemudian sang suami meninggal dunia. Setelah itu, istri dan putri-putrinya mengalami kefakiran dan sangat membutuhkan. Lantas perempuan tersebut bersama putri-putrinya keluar ke daerah lain lantaran khawatir musuh-msuhnya merasa gembira dengan musibah yang menimpanya. Lantaran udara yang terlalu dingin, perempuan tersebut membawa anak-anaknya singgah ke beberapa masjid yang dimuliakan.
Tatkala perempuan tersebut berjalan untuk mencari makanan, dia melewati dua orang, yaitu seorang muslim yang merupakan sesepuh daerah tersebut dan orang Majusi yang merupakan penanggung jawab daerah tersebut. Perempuan itu menemui lelaki muslim tadi, dia bercerita kepadanya mengenai kondisi dirinya dan bahwa dia merupakan golongan alawiyah dan syarifah. Dia ingin mendapat makanan untuk anak-anaknya. Lalu si muslim berkata, “Tunjukkan bukti dan saksi bahwa engkau seorang alawiyah dan syarifah.”
Perempuan tersebut menjawab, “Saya perempuan asing. Di daerah ini tidak ada orang yang mengenali saya.”

Amal yang Afdhol



"Amal yang paling afdhol adalah amal yang dibenci oleh hawa nafsu."
---Umar bin Abdul Aziz---

Kunci Kekayaan dan Kemiskinan



"Kunci kekayaan adalah shadaqah, dan kunci kemiskinan adalah pelit."

---Al Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid---

Abu Utsman Al-Hiri

Abu Utsman Sa’id ibnu Ismail al-Hiri al-Nisyaburi, berasal dari Rayy, dimana ia mengenal Yahya ibnu Mua’adz ar-Radhi dan Syah ibnu Syuja al-Kirmani. Ia pindah ke Nisyabur dimana ia berada di bawah bimbingan Abu Hafs al-Haddad, ia menemui Junaid di Baghdad, dan wafat di Nisyabur pada 298 H / 911 M.
“Hatiku, sejak dari kecil, selalu mencari realitas,” kata Abu Utsman al-Hiri. “Aku tidak menyukai para pengikut agama formal, dan aku selalu yakin bahwa ada sesuatu yang lain yang terpisah dari apa yang dipercayai oleh orang-orang awam, bahwa jalan hidup islami menyimpan segudang misteri selain dari manifestasi-manifestasi eksternalnya.”
AllahSuatu hari Abu Utsman pergi ke sekolah ditemani oleh empat orang budak, masing-masing dari Ethiopia, Yunani, Kashmir, dan Turki. Tangannya menggenggam sebuah kotak pena yang terbuat dari emas, kepalanya berbalut serban halus, dan badannya diselubungi oleh jubah sutra.
Di tengah jalan ia melihat sebuah penginapan kuno, ia mengintip ke dalam dan melihat di sana ada seekor kekeldai dengan luka di punggungnya. Seekor burung gagak mematoki luka di punggungnya, si keledai itu tak kuasa mengusirnya. Ia meresa iba melihatnya.
“Mengapa engkau bersamaku?” Tanya Utsman kepada salah seorang budaknya.
“Untuk membantumu dalam keadaan apapun yang terlintas di benakmu,” jawab sang budak.
Seketika itu Utsman melepas jubah sutranya dan menggunakannya untuk menyelubungi punggung keledai itu. Ia juga membalut luka keledai itu dengan serban halusnya.

Kunci Kesuksesan



Berkata Al-Habib Abdullah bin Muhsin Al Atthos:
"Kunci kesuksesan ada 3, yaitu:
1. Menuntut ilmu dan beramal,
2. Istiqamah dan sabar,
3. Saling menghormati."

Abu Bakar Al-Kattani, Ulama dan Sejarawan Pelita Masjidil Haram


al-quran 

Pada abad IV H, ada seorang ulama besar yang mendapat julukan “Pelita Masjidil Haram”. Masjid yang megah dan selalu diterangi lampu-lampu sepanjang siang dan malam itu, semakin semarak dengan hadirnya “Sang Pelita”. Ia adalah Abu Bakar Muhammad bin Ali bin Ja’far Al-Kattani – yang setiap hari salalu membaca dan mengkhatamkan Al-Qur’an.
Lahir di Baghdad, awalnya ia pergi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji, tapi kemudian menetap disana hingga wafat pada 322 H / 934 M. dan selama 30 tahun menetap di Mekah, ia dikenal sebagai ulama yang tidak pernah tidur.
Setiap hari ia duduk di bawah pancuran air dalam Masjidil Haram, dan selama itu pula ia cukup berwudlu sekali dalam 24 jam. Setiap kali tawaf di Ka’bah, konon, ia sempat membaca 20 ribu ayat.

Think Carefully

Be careful what you think of others, for their link with the Almighty could be much stronger than us.

Mengenal Al-Jilli, Sufi Misterius, Kaya Ilmu, dan Kreatif

Dalam alam pemikiran Islam dikenal apa yang disebut “Insan Kamil”, alias manusia yang sempurna. Insan Kamil merupakan derajat spritual yang paling tinggi, yang menjadi dambaan setiap muslim. Bisa mencapai derajat sebagai Insan Kamil sangat berarti bagai seorang yang beriman, karena mereka benar-benar dapat merasakan makna sebagai manusia yang sesungguhnya.
Derajat sebagai Insan Kamil hanya dikenal dalam dunia tasawuf. Banyak cara atau metode untuk mencapai derajat tersebut yang dirumuskan oleh para sufi masyhur. Diantaranya, Al-Jilli, dalam kitabnya, Al-Insanul Kamil fi Makrifat al-Awakhir wa Awa’il. Ia menulis pendapatnya tentang Insan Kamil dengan cukup Mendetail – sehingga sering dikutip banyak penulis hingga kini. Nama lengkapnya Abdul Karim ibnu Ibrahim ibnu Khalifah ibnu Ahmad ibnu Mahmud al-Jilli. Kapan ia lahir dan wafat, dimana ia lahir dan wafat, para sejarawan dan pengamat sufi berbeda pendapat. Al-Jilli memang sufi yang misterius, karena riwayat hidupnya juga sangat sulit dilacak. Menurut pengamat sufi Ignaz Goldziher, Al-Jilli lahir di sebuah desa dekat Bagdad yang bernama Al-Jil – yang kemudian dinisbatkan di belakang namanya.

Ashabul Kahfi, Tertidur di Gua Selama Tiga Abad

Tujuh pemuda beriman ditidurkan oleh Allah SWT selama tiga abad lebih. Bukti kekuasaan-Nya, Yang Maha Berkuasa Menghidupkan dan Maha Mematikan.

 
Pesta hari itu sangat meriah, seluruh penduduk Negeri Upsus, di pinggiran Kota Amman, Yordania, berpesta pora. Hidangan melimpah ruah. Ada riwayat yang mengungkapkan, peristiwa itu berlangsung puluhan tahun setelah zaman Nabi Isa. Di zaman Islam, Negeri Upsus berganti nama menjadi Tharsus.
Sejumlah patung dan berhala itu tak cuma dihias, tapi juga dipuja, dihormati dan disembah seolah-olah benda mati itulah yang telah memberikan segalanya kepada mereka. Mereka memang pemuja berhala, agama warisan nenek moyang.

Hati yang Mulia

Hati yang paling mulia adalah ketika ia selalu berhubungan dengan Allah SWT.

Hati itu bagaikan cermin, memantulkan bayangan dari semua yang ada dihadapannya. Karena itu manusia harus menjaga hatinya, sebagaimana ia menjaga kedua bola matanya.

---Al Habib Muhammad bin Abdullah bin Syeikh Alaydrus---

MP3 Kajian Jurus Taqwa

Ini dia nih kajian yang menurut beta luar biasa. Bedah buku "Jurus-jurus Taqwa" oleh Habib Novel.
Jurus Taqwa

MP3 Pengajian Habib Jindan

Pan donlod? klik ning ngisor kene kye....
MP3 Pengajian Habib Jindan