Jumat, 08 Maret 2013

Tiga Nasihat

Kisah Sufi, Teladan: Tiga Nasihat

Pada suatu hari ada seseorang menangkap burung. Burung itu berkata kepadanya, "Aku tak berguna bagimu sebagai tawanan. Lepaskan saja aku, nanti kuberi kau tiga nasehat."

Si Burung berjanji akan memberikan nasehat pertama ketika masih berada dalam genggaman orang itu, yang kedua akan diberikannya kalau ia sudah berada di cabang pohon, dan yang ketiga ia sudah mencapai puncak bukit.

Orang itu setuju, dan meminta nasehat pertama.

Burung dan Telur

Kisah Sufi, Teladan: Burung dan Telur

Zaman dahulu ada seekor burung yang tidak mempunyai tenaga untuk terbang. Seperti ayam, ia berjalan-jalan saja ditanah, meskipun ia tahu bahwa ada burung yang bisa terbang.

Karena berbagai keadaan, ada telur seekor burung yang bisa dierami oleh burung yang tak bisa terbang itu. Setelah sampai waktunya, telur itu pun menetas. Burung kecil itu masih memiliki kemampuan untuk terbang yang diwarisi dari ibunya, yang tersimpan dalam dirinya sejak ia masih berada dalam telur.

Jalan Gunung

Kisah Sufi, Teladan: Jalan Gunung

 Pada suatu hari, seorang yang cerdas, ahli pengetahuan yang pikirannya terlatih, datang ke sebuah desa. Sebagai latihan dan telaah ilmunya, ia ingin membandingkan pandangan yang berbeda-beda yang mungkin ada dalam desa itu. Ia mendatangi sebuah warung dan menanyakan tentang seorang yang paling jujur dan seorang yang paling bohong di desaitu.

Orang-orang di warung itu sepakat bahwa orang yang bernama Kazzab adalah pembohong terbesar; dan Rastgu yang paling jujur. Ahli pengetahuan itupun mendatangi kedua orang tersebut bergantian, mengajukan pertanyaan sederhana yang sama kepada keduanya, "jalan manakah yang terbaik menuju kedesa tetangga?" Rastgu yang jujur itu berkata, "Jalan gunung."Kazzab Si Pembohong juga berkata, "Jalan gunung."Tentu saja jawaban itu membingungkan Sang Pengembara cerdas tersebut . Demikianlah, iapun bertanya kepada orang-orang lain, penduduk desa biasa. Ada yang mengatakan, "Lewat sungai;" yang lain mengusulkan, "Lewat padang saja" Dan ada yang juga mengatakan, "Jalan gunung."Akhirnya diputuskannya mengambil jalan gunung.

Orang yang Menyadari Kematian

Orang yang Menyadari Kematian

 Konon, ada seorang raja darwis yang berangkat mengadakan perjalanan melalui laut. Ketika penumpang-penumpang lain memasuki perahu satu demi satu, mereka melihatnya dan sebagai lazimnya --merekapun meminta nasehat kepadanya. Apa yang dilakukan semua darwis tentu sama saja, yakni memberitahu orang-orang itu hal yang itu-itu juga: darwis itu tampaknya mengulangi saja salah satu rumusan yang menjad perhatian darwis sepanjang masa. Rumusan itu adalah: "Cobalah menyadari maut, sampai kau tahu maut itu apa." Hanya beberapa penumpang saja yang secara khusus tertarik akan peringatan itu.

Para Pelayan dan Rumah

Para Pelayan dan Rumah

Pada zaman dahulu, ada seorang bijaksana dan baik hati, yang memiliki sebuah rumah besar. Dalam perjalanan hidupnya, ia sering pergi jauh beberapa waktu lamanya. Kalau ia sedang pergi, rumah itu diserahkan pemeliharaannya kepada para pelayan. Salah satu sifat para pelayan itu adalah pelupa. Sering mereka lupa, mengapa berada dalam rumah itu; demikianlah mereka menjalankan kewajibannya dengan mengulang-ngulang yang sudah dikerjakan. 
Tidak jarang pula mereka melakukan pekerjaan dengan cara yang sama sekali berbeda dengan yang telah diberitahukan kepada mereka. Hal itu terjadi karena mereka telah melupakan peran mereka di rumah itu.

Membawa Sepatu

Kisah Sufi, Teladan: Membawa Sepatu

Dua orang saleh dan terhormat pergi ke masjid bersama-sama. Yang pertama melepas sepatunya, lalu meletakkannya rapi-rapi di luar pintu. Yang kedua melepaskan sepatunya, menangkupkan di kedua solnya, lalu membawanya masuk masjid.
Sekelompok orang-orang saleh lain, yang duduk di dekat pintu masjid. Terdengar pembicaraan tentang kedua orang yang baru masuk tadi; yang mana diantara keduanya yang benar. "Jika orang masuk mesjid telanjang kaki, bukankah sebaiknya meninggalkan saja sepatunya di luar?" tanya seseorang. 
Seorang yang lain menyambung, "Tetapi tidakkah kita harus mempertimbangkan bahwa orang yang membawa sepatunya kemasjid itu selalu ingat akan dirinya? "Ketika dua orang saleh itu selesai sembahyang, mereka ditanyai secara terpisah tentang masalah itu oleh kedua kelompok yang tadi berbeda pendapat. Orang pertama menjawab, "Saya meninggalkan sepatu di luar masjid atas alasan biasa. Jika seandainya ada orang yang ingin mencurinya, ia akan berusaha untuk menahan dirinya agar tidak melakukan tindakan haram itu, dengan demikian iapun telah mendapatkan kebaikan bagi dirinya sendiri.

Kereta

Kisah Sufi, Teladan : Kereta

Ada tiga macam ilmu dalam telaah kemanusiaan. Yang pertama adalah Ilmu tentang pengetahuan biasa; yang kedua adalah Ilmu tentang keadaan batin yang luar biasa, yang biasanya disebut puncak kenikmatan. Yang ketiga, yang penting, adalah Ilmu tentang Kenyataan yang Benar; yang ketiga ini berada diantara kedua Ilmu yang disebut sebelumnya.
Hanya pengetahuan batin yang nyata bisa menghasilkan Ilmu Kenyataan yang Benar. Ilmu yang kedua lagi hanyalah berupa cermin--dalam bentuknya masing-masing dari yang ketiga. Yang kedua itu boleh dikatakan tak ada gunanya tanpa yang ketiga. Bayangkan seorang kusir. Ia duduk di kereta, ditarik kuda, dipimpin dirinya sendiri.

Penyebab Gelapnya Hati

Penyebab gelapnya hati:
1. Perut yang selalu kenyang
2. Bersahabat dengan orang dzalim
3. Melupakan kesalahan masa lalu
4. Panjang angan-angan

Cry For ...

Don't ever cry for an expectation
And never crying for a pain
But cry for something delicious from Allah
Because we will never be able to reply

Terjemah Kitab Tazkiyatun nafs - Imam al-Ghazali

Download Terjemah Kitab Tazkiyatun nafs - Imam al-Ghazali

Orang yang Mudah "Naik Darah"

Kisah Sufi, Teladan: Orang Yang Mudah "Naik Darah"

Setelah bertahun-tahun lamanya, seorang yang sangat mudah marah menyadari bahwa ia sering mendapat kesulitan karena sifatnya itu. Pada suatu hari ia mendengar tentang seorang darwis yang berpengetahuan dalam; iapun menemuinya untuk mendapatkan nasehat.

Darwis itu berkata, "Pergilah ke perempatan anu. Di sana kau akan menemukan sebatang pohon mati. Berdirilah di bawahnya dan berikan air kepada siapapun yang lewat di depanmu. "Orang itu pun menjalankan nasehat tersebut. Hari demi hari berlalu, dan ia pun dikenal baik sebagai orang yang mengikuti sesuatu latihan kebaikan hati dan pengendalian diri, di bawah perintah seorang yang berpengetahuan sangat dalam.