Di Hadramaut ada seorang ulama besar, seorang wali yang sangat termasyhur karena karomah-karomahnya. Dialah Habib Umar bin Abdurrahman Al-Aththas. Lahir pada 992 H / 1572 M di Desa Lisk, dekat Kota Inat, Hadramaut. Dia juga yang mula-mula mendapat gelar Al-Aththas, “orang yang bersin”. Disebut demikian karena, konon, ketika masih berada dalam kandungan ibundanya, Syarifah Muznah binti Muhammad Al-Jufri, ia sering bersin. Janin yang masih dalam kandungan bisa bersin, tentu hal ini merupakan hal yang luar biasa.Karomahnya sudah tampak sejak dalam kandungan ibundanya. Meski kehilangan penglihatan sejak kecil, ia giat menuntut ilmu. Dialah salah seorang ulama besar Hadramaut.
Jumat, 22 Maret 2013
Habib Umar bin Abdurrahman Al-Aththas, Sang Penyusun Ratib Al-Aththas
Hal-hal yang Menyelamatkan dari Kebinasaan
Abdurrahman bin Samurah radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menemui kami ketika kami sedang berada di shuffah di kota Madinah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ‘Sungguh, tadi malam saya bermimpi aneh. Saya melihat
seseorang dari umatku didatangi oleh malaikat maut untuk mencabut
nyawanya. Lalu datanglah amalnya berupa bakti kepada kedua orang tua
yang menghalangi malaikat maut mencabut nyawanya.
Saya melihat seseorang dari
umatku telah dihamparkan untuknya siksa kubur, lalu wudhunya
mendatanginya dan menyelamatkannya dari siksa tersebut. Saya melihat
seseorang dari umatku dikepung oleh beberapa setan, lalu dzikirnya
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
mendatanginya dan mengusir setan-setan tersebut dari sisinya. Saya
melihat seseorang dari umatku telah dikepung oleh malaikat juru siksa
lalu shalatnya mendatanginya dan menyelamatkannya dari tangan para
malaikat tersebut.
Kisah Habib Noh, Wali Sakti dari Singapura
Singapura, Negeri Melayu yang
berpenduduk mayoritas Chinese dan beragama Nasrani, ternyata tetap
melestarikan tradisi dan peninggalan bersejarah kaum muslimin. Misalnya
karamat Habib Noh. Makam sufi yang berusia lebih dari seabad itu tetap
terpelihara dengan baik.
Di ketinggian sebuah bukit terlihat
bangunan yang dikelilingi taman asri, bersih dan tenteram. Dari Jalan
Palmer, semua tampak jelas. Burung-burung merpati yang bebas
berterbangan atau bertengger disekitarnya menambah kesejukan suasana di
tengah kesibukan Bandar Raya Negeri Singa tersebut. Penduduk setempat,
dari rumpun melayu atau kaum muallaf, juga orang-orang dari berbagai
negeri, seperti Malaysia, Thailand dan Indonesia masih banyak menziarahi
tempat yang dikenal sebagai keramat Habib Noh ini.
Syekh Jangkung, Wali Lugu dari Pati
Wali yang termasuk murid Sunan Kalijaga ini terkenal dengan keluguannya. Sifat itu membawanya pada ketulusan sejati seorang manusia.Masyarakat Desa Miyono gempar. Branjung, salah satu warga yang cukup terpandang karena kekayaannya, ditemukan tewas di kebun belakang rumahnya. Segera petugas dari desa mengusut ke tempat kejadian perkara, menyelidiki sebab kematian Branjung dan siapa pembunuhnya.
Di saat warga Desa Miyono sudah berkerumun di rumah Branjung tiba-tiba muncul Saridin. Masyarakat langsung menunjukkan pandangan pada adik ipar Branjung yang terkenal melarat itu. Saridin datang dengan sebilah bambu runcing yang ujungnya berlumuran darah. Segera Saridin dipanggil. “Kemari kamu, Din,” ujar seorang petugas.
Kisah Raden Rahmatullah, Sunan Ampel dan Ajaran-ajarannya
Raden Rahmatullah (Sunan Ampel) lahir
di negeri Cempa pada tahun 1401 M. Putra dari seorang ibu yang bernama
Dewi Candrawulan putri dari Raja Cempa.
Adapun ayahnya bernama Ibrahim Al-Ghazi, seorang ulama besar dari
Samarqandi dekat Bukhara, sebuah daerah yang terletak di wilayah Rusia
Selatan. Sebagaimana kita ketahui bahwa daerah tersebut terkenal sebagai
tempat kelahiran ulama besar ulama termasyhur sebagai perawi hadis
shahih, yaitu Imam Bukhari.Menurut riwayat, bahwa Ibrahim Al-Ghazi atau sering disebut sebagai Ibrahim Asmaraqandi, datang ke ke Negeri Cempa untuk menyebarkan agama Islam ke negara-negara Asia atas perintah ayahnya yang bernama Syekh Jamaluddin Jumadil Kubra.
Sunan Bayat
Setelah insyaf, Adipati Pandanaran banyak mendirikan masjid dan melepaskan semua harta kekayaan untuk menjadi murid Sunan Kalijaga.
Kadipaten Pandanaran, di daerah Semarang, sekian puluh
tahun silam pernah diperintah seorang adipati yang sangat kaya seolah
memuja harta dunia. Kekayaannya berupa tanah, rumah, ternak. Dialah Ki Ageng Pandanaran.
Tanahnya dimana-mana, rumahnya bertebaran, ternaknya memenuhi beberapa
kandang. Di setiap rumah pasti ada seorang istri, dan setiap istri pasti
melahirkan anak-anaknya. Pendek kata ia sangat kaya raya dan bagaikan
konglomerat.
Sunan Bonang
Umumnya para ahli sejarah berpendapat bahwa walisongo adalah perintis Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Perintis awal da’wah islamiyah itu adalah seorang wali yang bernama Syaikh Maulana Malik Ibrahim (wafat 1419 M). Beliaulah yang mendirikan pesantren pertama yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur.Menurut sejarah, Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang berdarah Arab Persia, merupakan cikal-bakal para wali. Nama Malik Ibrahim yang sebenarnya adalah Makdum Ibrahim Asmara. Nama Asmara bukan nama Jawa, tapi kependekan dari Samarkandi.
Abdullah Al-Mubarak: Antara Cinta Asmara dan Cinta Allah
Sejak muda ia sudah bertobat dan mendapat pencerahan cahaya Ilahiah. Wali yang doanya makbul ini juga dikenal sebagai ahli hadits dan hartawan yang dermawan.Suatu hari, anak muda itu tergila-gila kepada seorang gadis. Iapun terus menerus dirundung gundah gulana yang sangat dalam. Ia memuja dan mendambakan kekasih hatinya. Setiap detik selalu teringat si jantung hati. Suatu malam, di musim dingin, ia berdiri di bawah jendela kamar sang kekasih, menunggu sang pujaan. Ia rela berlama-lama di situ sekedar untuk menatapnya walau hanya sekejap. Butiran-butiran salju yang membasahi bajunya tak membuatnya gentar, ia tetap saja termangu sepanjang malam, menunggu si pujaan hati menampakkan parasnya.
Ma’ruf Al-Kharqi, Sufi yang Bertamu di Arasy
Ia mabuk cinta akan Dzat Ilahi.
Konon, Allah mengkuinya sebagai manusia yang mabuk cinta kepada-Nya.
Kebesarannya diakui berbagai golongan
Nama sufi ini tidak terlalu populer, meski sama-sama berasal dari
Irak, namanya tak sepopuleh Syekh Abdul Qadir Jailani, Manshur
Al-Hallaj, atau Junaid Al-Baghdadi. Dialah Ma’ruf Al-Kharqi, salah
seorang sufi penggagas paham cinta dalam dunia Tasawuf yang jiwanya
selalu diselimuti rasa rindu yang luar biasa kepada sang Khalik. Tak
salah jika ia menjadi panutan generasi sufi sesudahnya. Banyak sufi
besar seperti Sarry Al-Saqaty, yang terpengaruh gagasan-gagasannya. Ia
juga diangap sebagai salah seorang sufi penerus Rabi’ah Al-Adawiyah sang
pelopor mazhab Cinta.Nama lengkapnya Abu Mahfudz Ma’ruf bin Firus Al-Karkhi. Meski lama menetap di Baghdad, Irak, ia sesungguhnya berasal dari Persia, Iran. Hidup di zaman kejayaan Khalifah Harun Al-Rasyid dinasti Abbasiyah. tak seorangpun menemukan tanggal lahirnya. Perhatikan komentar Sarry As-Saqaty, salah seorang muridnya. “Aku pernah bermimpi melihat Al-Kharqi bertamu di Arasy, waktu itu Allah bertanya kepada Malaikat, siapakah dia? Malaikat menjawab, “Engkau lebih mengetahui wahai Allah,” maka Allah SWT berfirman, dia adalah Ma’ruf Al-Kharqi, yang sedang mabuk cinta kepadaku.”
Abu Darda, Saudagar yang “Berniaga” dengan Allah
Salah seorang di antara sahabat Rasulullah SAW yang utama ialah Abu
Darda. Ia dikenal sebagai sahabat yang cerdas, tapi hidupnya sederhana.
Ia bahkan menjalani hidup sebagai sufi yang wara – menjauhi kehidupan
duniawi, lebih mementingkan ibadah. Ia salah seorang sahabat yang
kehidupan ibadahnya menjadi teladan bagi sahabat Nabi yang lain.
Tak jelas, kapan Abu Darda, salah seorang hartawan Madinah dan saudagar yang terkenal jujur itu, masuk Islam karena kejujurannya, banyak orang yang lebih suka berdagang dengannya ketimbang dengan pedagang lain. Sebab sebagai pedagang ia tidak pernah menipu.
Tentang keislamannya, Abu Darda menyatakan. “Aku mengislamkan diriku kepada Rasulullah SAW ketika aku ingin agar ibadah dan perniagaan dapat terhimpun dalam diriku. Tapi tidak berhasil. Lalu aku kesampingkan perniagaan, agar aku dapat lebih banyak beribadah kepada Allah SWT. Sesungguhnya aku tidak terlalu gembira meski setiap hari untung 300 dinar. Allah memang tidak mengharamkan perniagaan, tapi aku lebih suka bergabung dengan orang yang dalam berniaga tidak melalaikan Allah SWT.
Tak jelas, kapan Abu Darda, salah seorang hartawan Madinah dan saudagar yang terkenal jujur itu, masuk Islam karena kejujurannya, banyak orang yang lebih suka berdagang dengannya ketimbang dengan pedagang lain. Sebab sebagai pedagang ia tidak pernah menipu.
Tentang keislamannya, Abu Darda menyatakan. “Aku mengislamkan diriku kepada Rasulullah SAW ketika aku ingin agar ibadah dan perniagaan dapat terhimpun dalam diriku. Tapi tidak berhasil. Lalu aku kesampingkan perniagaan, agar aku dapat lebih banyak beribadah kepada Allah SWT. Sesungguhnya aku tidak terlalu gembira meski setiap hari untung 300 dinar. Allah memang tidak mengharamkan perniagaan, tapi aku lebih suka bergabung dengan orang yang dalam berniaga tidak melalaikan Allah SWT.
Ahmad Ibnu Khadruya, Tujuh Puluh Hati dengan Cahaya Iman
Abu
Hamid Ahmad ibnu Khadhruya al-Balkhi. Adalah seorang warga terhormat
Kota Balkh. Istrinya adalah seorang wanita solikhah, putrid dari
Gubernur Kota Balkh.
Ahmad kerap dihubungkan dengan Hatim al-Asamm dan Abu Yazid al-Bisthami. Ia meninggal dunia di Nisyabur pada tahun 240 H / 864 M dalam usia 95 tahun.
Ia memiliki seribu orang murid. Setiap muridnya mampu berjalan diatas permukaan air dan terbang di udara. Ahmad mengenakan pakaian serdadu. Fatimah, istrinya, termasuk salah seorang wali sufi. Ia adalah putri dari Pangeran Balkh. Setelah bertobat, ia mengirim utusan untuk menemui Ahmad. “Mintalah aku dari ayahku.”
Ahmad kerap dihubungkan dengan Hatim al-Asamm dan Abu Yazid al-Bisthami. Ia meninggal dunia di Nisyabur pada tahun 240 H / 864 M dalam usia 95 tahun.
Ia memiliki seribu orang murid. Setiap muridnya mampu berjalan diatas permukaan air dan terbang di udara. Ahmad mengenakan pakaian serdadu. Fatimah, istrinya, termasuk salah seorang wali sufi. Ia adalah putri dari Pangeran Balkh. Setelah bertobat, ia mengirim utusan untuk menemui Ahmad. “Mintalah aku dari ayahku.”
MP3 Pengajian KH. Jamaludin Ahmad
Berikut saya bagikan pengajian dari KH. Jamaludin Ahmad, disini ada setidaknya 100 tausiyah / ceramah / mauidhoh hasanah dari KH. Jamaludin Ahmad. Inilah link downloadnya:
Download kumpulan pengajian KH. Jamaludin Ahmad
Download kumpulan pengajian KH. Jamaludin Ahmad
Abu Hafs Al-Haddad
Abu Hafs Amr ibnu Salamah al-Haddad
adalah seorang tukang pandai besi di Nisyabur. Ia pergi ke Baghdad dan
bertemu dengan Junaid yang mengagumi ketaatannya. Ia juga bertemu dengan
As-Syibli dan para sufi mazhab Baghdad lainnya.
Kemudian ia kembali lagi ke Nisyabur,
melanjutkan pekerjaannya sebagai tukang Pande Besi, dan meninggal dunia
di sana pada 265 H / 879 M.
Sebagai seorang lelaki muda Abu Hafs
pernah jatuh cinta pada seorang gadis pelayan. Begitu tergila-gilanya
Abu Hafs pada gadis itu, sampai-sampai setiap hari ia selalu gelisah.
Teman-temannya berkata padanya, “Ada seorang dukun Yahudi tinggal di pinggiran Kota Nisyabur. Ia akan bisa membantumu.”
Abu Hafs pergi menemui dukun Yahudi yang dimaksud dan menjelaskan masalahnya.
Langganan:
Postingan (Atom)