Sabtu, 16 Maret 2013

Sadaqah (Charity)

"Sadaqah (charity) extinguishes sin as water extinguishes fire."
---Rasulullah SAW [Ahmad, Tirmidhi]---

Teman yang Baik dan Buruk

Sebaik-baik teman adalah Al-Qur'an, dan seburuk-buruk teman adalah syaithan.
---Al Habib Abdullah bin Muhsin Al Atthos---

Tiga Cara Agar Ibadah Istiqamah

Dalam tausiyahnya Al-Habib Ali Al-Jufri menyampaikan 3 cara agar ibadah kita bisa istiqamah. Ketiga cara itu adalah:
1. Do'a dan pengharapan kepada Allah
2. Menjaga pandangan, pendengaran, dan perkataan
3. Hadirkan hati bersama Allah ketika beribadah

Empat Cara Agar Dapat Bermimpi Bertemu Rasulullah SAW

Dalam tausiyahnya Al-Habib Ali Al-Jufri menyampaikan 4 cara agar bisa bertemu dengan Rasulullah SAW dalam mimpi. Empat cara itu adalah:
1. Perbanyak shalawat keatas Baginda Rasulullah SAW
2. Mengagungkan sunnah Baginda Rasulullah SAW
3. Berkhidmat dengan umat Baginda Rasulullah SAW
4. Menyebarkan dakwah Baginda Rasulullah SAW

Sembilan Prinsip Da'wah Walisongo

1. Kalimasada senjatane ( Senjatanya adalah Iman, Islam dan Ihsan yang terkandung dalam Syahadat) Artinya : selalu mendakwahkan iman, Islam, Ihsan. Mengajak umat untuk kembali kepada Allah dan setia pada Rasulullah.
2. Becik ketitik, Olo ketoro (Kebenaran akan selalu menang, dan kemungkaran akan lenyap binasa). Artinya: Dakwah Wali Songo adalah dakwah dalam kebenaran dengan cara damai. Dan Allah pasti akan menolongnya.
3. Sugih tanpa banda (Kaya tanpa modal harta).Artinya : Jangan rakus pada harta….kebahagiaan adalah ketika kita mampu mendakwahkan agama, dakwah jangan bergantung pada harta.
4. Nglurug tanpa bala (Menyerbu tanpa banyak orang/tentara).Artinya : jangan terhijab dan terpesona dengan banyaknya jumlah kita,…..karena kemenangan berasal dari pertolongan Allah. Bukan karena banyaknya pengikut.
5. Menang tanpa ngasorake (Menang/unggul tanpa merendahkan orang). Artinya : Berdakwah harus dengan cinta, damai dan lemah lembut, jangan menganggap hina musuh-musuh kita….kita pasti unggul dengan sikap tawadhu’…..jangan merendahkan org lain (jangan sombong).
6. Mulya tanpa punggawa (Mulia tanpa anak buah). Artinya : kemuliaan hanya dalam iman, takwa, akhlak dan pengamalan Islam secara Kaaffah, bukan karena banyaknya pengikut
7. Mletik tanpa sutang (Melompat jauh tanpa galah/tongkat panjang).Artinya : Niat untuk berdakwah ke seluruh penjuru alam adalah berkat pertolongan Allah, bukan karena sebab-sebab yang lain.
8. Mabur tanpa lara (Terbang tanpa sayap). Artinya : kita bergerak untuk berdakwah menjumpai umat di mana pun berada.
9. Menang tanpa tanding (Menang tanpa berperang). Artinya : Berdakwah adalah dengan hikmah, cinta, kasih, damai, kata-kata yang sopan, akhlaq yang mulia dan doa-doa yang selalu dipanjatkan kepada Allah agar umat seluruh alam mendapatkan hidayah dari Allah. Bukan dakwah dengan kekerasan atau anarkis.

Jaga Mulut

Manusia yang berjaya ialah yang menutup mulutnya sebelum orang lain menutup telinga mereka.

Jangan Sok Pintar

"Orang yang bodoh itu masih bisa diharapkan menjadi pintar; tapi orang yang merasa pintar, sadar atau tidak, telah membiarkan dirinya tetap bodoh."
---KH. Musthofa Bisri (Gus Mus)---

Do'a Hamba

Sebelum kain kafan melilit ditubuhku
Pungkasilah umurku dengan menyebut asma-Mu....

Jadikan liang lahadku seindah taman syurgawi
Tiada kesusahan dan kesedihan...

Tempatkanlah aku di dalam surga-Mu yang Mulia
di sisi kekasih-Mu yang terpilih...

Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepadanya
Istri-istri, Shahabat dan orang-orang yang mengikutinya...

Sultan dan Sufi

Alkisah, seorang Sultan sedang berparade di jalan-jalan utama kota Istanbul, dengan dikelilingi para pengawal dan tentaranya. Seluruh penduduk kota datang untuk melihat sang Sultan. Semua orang memberikan hormat ketika Sultan lewat, kecuali seorang darwis yang amat sederhana.
Sang Sultan segera menghentikan paradenya dan menyuruh tentaranya untuk membawa darwis itu menghadap. Ia menuntut penjelasan mengapa darwis itu tak memberikan penghormatan kepadanya ketika ia lewat.

Spiritualitas Abu Dzarr Al-Ghifari

Kehidupan sufi tidaklah seperti yang dibayangkan orang selama ini; di ruang gua yang sempit di tengah hutan atau di puncak menara. Stigma mementingkan kesalehan pribadi dan mengabaikan kesalehan sosial yang selalu dilekatkan pada ajaran spiritual ini mungkin perlu ditelaah ulang. Jika kita mau merunut akar sejarah sufi hingga zaman sahabat Nabi, justru kita akan menemukan pribadi-pribadi yang sangat membenci dan menentang terjadinya ketimpangan sosial.

Abu Dzarr al-Ghifari adalah tokoh sufi yang sangat disegani di kalangan sahabat. Meskipun enggan dengan kekayaan, ia sangat memikirkan kesejahteraan rakyat. Beliau tidak henti-hentinya menyuarakan pemerataan ekonomi di masyarakat. Ia tidak rela melihat ketimpangan dan gap yang curam antara si miskin dan si kaya. Ia berteriak dari Syiria hingga ke pusat pemerintahan Islam di Madinah agar si kaya tidak menumpuk kekayaan pribadi.

DO'A DENGAN BACAAN SURAH AL-FATIHAH


Sebagian besar umat Islam Indonesia sering melakukan doa dengan bacaan al-Fatihah, apakah terkait pembukaan acara, mengirim doa untuk para almarhum, ziarah kubur dan sebagainya. Adakah dasar pembacaan al-Fatihah dalam doa?

Jawaban

Al-Quran menyebutkan bahwa ada 7 ayat yang diulang-ulang (as-Sab'u al-Matsani. QS al-Hijr: 87), para ahli tafsir sepakat bahwa yang dimaksud 7 ayat tersebut adalah surat al-Fatihah.

Dalam riwayat Bukhari (2276) dan Muslim (5863) Abu Said al-Khudri yang dimintai tolong oleh sekelompok suku yang pimpinannya sakit karena tersengat hewan. Abu Said mengobatinya dengan doa al-Fatihah. Setelah dilaporkan kepada Rasulullah Saw, beliau bertanya: "Darimana kamu tahu bahwa al-Fatihah untuk ruqyah (pengobatan)? Kalian sudah benar." Dalam riwayat Abu Dawud, Turmudzi dan Nasai ada juga seorang sahabat yang memakai al-Fatihah untuk mengobati orang yang kesurupan. Rasulullah pun tidak menyalahkannya.

QUNUT DALAM SHALAT SHUBUH, PENDAPAT TERKUAT ULAMA SALAF


Pada dasarnya persoalan membaca qunut atau tidak dalam shalat shubuh telah menjadi perselisihan di kalangan ulama sejak generasi salaf yang shaleh. Menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin Hanbal, membaca qunut tidak disunnahkan dalam shalat shubuh. Sementara menurut Imam Malik dan Imam al-Syafi’i, membaca qunut disunnahkan dalam shalat shubuh.
Kedua pendapat tersebut, baik yang mengatakan sunnah atau tidak, sama-sama berdalil dengan hadits-hadits Rasulullah SAW.

Hanya pendapat yang satunya berpandangan bahwa riwayat yang menerangkan bahwa Rasulullah SAW tidak membaca qunut itu lebih kuat. Sementara pendapat yang satunya lagi berpendapat bahwa riwayat yang menerangkan bahwa Rasulullah SAW membaca qunut justru yang lebih kuat. Jadi pandangan kaum Salafi-Wahabi yang mengatakan bahwa membaca qunut itu tidak ikut Rasulullah SAW adalah salah dan tidak benar. Nah untuk menjernihkan persoalan ini, marilah kita kaji dalil tentang qunut ini dari perspektif ilmu hadits.

Siapakah Khidir?

Ketika kita membaca kisah-kisah para wali, kita sering mendengar sosok yang bernama Khidhir. Sebenarnya siapakah beliau, apakah beliau masih hidup hingga sekarang atau sudah meninggal?
Al-Qur'an mengisahkan tentang seorang hamba Allah SWT pada masa Nabi Musa AS yang mempunyai derajat sangat tinggi di sisi-Nya. Kisah itu disebutkan dalam surat al-Kahfi, ayat 65: "Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami." Para ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hamba pada ayat tersebut ialah Khidhir AS. Kemudian yang dimaksud dengan rahmat ialah wahyu dan kenabian. Sedangkan yang dimaksud dengan ilmu, ialah ilmu tentang hal-hal yang ghaib. Hadits-hadits Nabi SAW juga menceritakan seorang hamba yang shalih ini.[1] Menurut Imam Nawawi kita boleh menyebut Khadhir (dengan membaca fathah kha' dan kasrah dlad), Khidhr (dengan membaca kasrah kha' dan dlad yang dibaca sukun) atau Khadhr (dengan membaca fathah kha' dan dlad yang dibaca sukun).[2] Namun nampaknya masyarakat kita lebih akrab menyebutnya Khidhr atau Khidhir. Maka dari itu, dalam tulisan ini kami menggunakan sebutan yang terakhir ini.

Doa Dengan Mengangkat Kedua Tangan dan Mengusap ke Wajah


Bagaimanakah hukumnya berdoa dengan mengangkat kedua tangan lalu mengusapkannya ke wajah, baik setelah salat ataupun selain salat? Ali Ridla, Madura.
Jawaban:

Ada dua penjelasan hadis dalam masalah ini, yaitu hadis secara umum dan khusus. Penjelasan hadis secara umum adalah sabda Rasulullah Saw:

عَنْ سَلْمَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا (أبو داود 1273 والحاكم 1831 وابن ماجه 3855 والترمذى 3479 وحسنه)
"Sesungguhnya Allah Dzat yang maha hidup nan mulia. Allah malu dari hambanya yang mengangkat kedua tangannya (meminta) kepada-Nya untuk menolak permintaannya" (HR Abu Dawud No 1273, Ibnu Majah No 3855, al-Hakim No 1831 dan Turmudzi No 3497, ia menilainya hasan). Juga sebuah hadis:

FATWA IMAM ASY-SYAUKANI TENTANG TAHLILAN


Syaikh Muhammad bin Ali asy-Syaukani (1173-1250 H / 1759-1834 M) adalah salah satu ulama besar di Yaman yang ahli fikih, hadis dan tafsir. Beliau termasuk ulama yang anti taklid dan menyeru pada ijtihad. Kendati seperti itu beliau memberi fatwa yang menjawab tradisi sosial seperti yang terjadi di Indonesia yakni Tahlilan, baik rangkaian berkumpulnya, ngaji Yasin bersama, menghadiahkan kepada orang yang wafat, dan sebagainya. Berikut kutipan lengkapnya:

RENUNGAN TENTANG QARN (TANDUK)


1. Akan muncul QORN (tanduk) setan di Najd.

Nabi Saw bersabda :

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا وَفِي يَمَنِنَا قَالَ قَالُوا وَفِي نَجْدِنَا قَالَ قَالَ هُنَاكَ الزَّلازِلُ وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
" Ya Allah berilah keberkatan kepada negeri Syam kami, berilah keberkatan kepada negeri Yaman kami. Mereka berkata: "Pada Nejd kami Ya Rasulullah?!" Rasulullah berkata: "Ya Allah berilah keberkatan pada negeri Syam kami, berilah keberkatan pada negeri Yaman kami." Mereka berkata: "Pada Nejd kami Ya Rasulullah?!" Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: Disana terdapat kegoncangan dan fitnah, serta disanalah terbitnya tanduk Syaitan. " (HR. Bukhari)

MENYIRAM AIR BUNGA PADA KUBURAN


Hukum menyiram air bunga atau harum-haruman di atas kuburan adalah sunnah sebagaimana difatwakan oleh Syekh Nawawi al-Bantani dalam Nihayah al-Zain :

وَيُنْدَبُ رَشُّ الْقَبْرِ بِمَاءٍ باَرِدٍ تَفاَؤُلاً بِبُرُوْدَةِ الْمَضْجِعِ وَلاَ بَأْسَ بِقَلِيْلٍ مِنْ مَّاءِ الْوَرْدِ ِلأَنَّ الْمَلاَ ئِكَةَ تُحِبُّ الرَّائِحَةَ الطِّيْبِة
Artinya : Disunnahkan untuk menyirami kuburan dengan air yang dingin sebagai pengharapan dinginnya tempat berbaring (kuburan) dan juga tidak apa-apa menyiram kuburan dengan sedikit air mawar, karena malaikat senang pada aroma yang harum.[1]

Pada halaman lain masih dalam kitab Nihayah al-Zain, beliau mengatakan :