Ia terkenal sebagai seorang Zahid yang menafikan
keduniawian. Begitu dalam cintanya kepada Allah hingga dijuluki Al-Nury,
“Yang Dianugrahi Cahaya”.
Dalam
jagat sufistik,
perjalanan seorang sufi yang berziarah ke berbagai tempat suci bisa
menampilkan berbagai perbuatan menjadi hikmah keronahian dengan
nilai-nilai spritual yang luar biasa. Mereka meninggalkan jejak-jejak
spritual – adakalanya berupa karya tulis yang monumental – yang sampai
sekarang tetap menjadi rujukan para penganut sufi.
Beberapa di antara mereka, misalnya Syekh Abdul Qadir Jailani, Sarry
As-Saqaty, Junaid Al-Bagdadi, Fariduddin Aththar, Abu Husien Al-Nury,
dan sebagainya. Mereka adalah tokoh sufi garda depan yang hingga kini
belum tertandingi ketokohannya. Seorang diantara mereka, yaitu Abu
Husien Al-Nury, punya keistimewaan justru karena mendapat julukan
“Al-Nury”, yaitu “Yang mendapat anugrah cahaya” dari Allah SWT.