Kisah Sufi, Teladan : Darwis dan Putri Raja
Konon, ada seorang putri raja yang keelokannya bagaikan rembulan; semua orang mengaguminya. Pada suatu hari, seorang darwis yang sedang akan memasukkan makanan ke mulutnya, melihat putri tersebut. Makanan itu jatuh ke tanah, sebab ia begitu terpesona sehingga tidak bisa menggenggam semestinya.
Ketika darwis itu berlalu, Sang Putri tersenyum kepadanya. Tindakan
putri itu sungguh-sungguh menyebabkannya sawan, makanannya di tanah,
pikirannya lenyap separo. Dalam keadaan mabuk kepayang semacam itu, ia
tidak berbuat apapun selama tujuh tahun.
Darwis tersebut selama itu tidur di jalan, tempat anjing-anjing tidur.
Ia menjadi gangguan bagi Sang Putri, dan para pengawalnya memutuskan
akan membunuh lelaki itu. Tetapi Sang Putri memanggilnya, katanya, "Tak
mungkin kita berdua hidup bersama. Dan budak-budakku akan membunuhmu;
oleh karena itu menghilanglah saja, "Lelaki yang merana itu menjawab,
"Sejak kulihat Tuan, hidup ini tak ada artinya. Mereka akan membunuhku
tanpa alasan. Namun, jawablah pertanyaanku yang satu ini, karena Tuanlah
yang akan menjadi penyebab kematianku. Mengapa pula dulu Tuan tersenyum
padaku?"
"Tolol!" kata Sang Putri. "Ketika kulihat betapa tololnya kau waktu itu, aku tersenyum kasihan, bukan karena apa-apa."
Dan Putri pun pergi meninggalkannya.
Catatan
Dalam Parlemen Burung, Attar membicarakan kesalahpahaman emosi subyektif
yang menyebabkan orang percaya bahwa pengalaman tertentu ("senyum Sang
Putri") meruapakan hadiah istimewa ("kekaguman"), padahal sebenarnya
merupakan hal yang sebaliknya ("kasihan"). Banyak orang yang salah
menafsirkan, sebab karya semacam ini memiliki konvensinya sendiri. Salah
tafsir itu beranggapan bahwa karangan klasik Sufi adalah cara lain dari
penggambaran teknis tentang keadaan kejiwaan.
KISAH-KISAH SUFI
Kumpulan kisah nasehat para guru sufi selama seribu tahun yang lampau
oleh Idries Shah (terjemahan: Sapardi Djoko Damono)
Penerbit: Pustaka Firdaus, 1984
Tidak ada komentar:
Posting Komentar