Rasulullah saaw telah berwasiat pada segenap umatnya untuk berpegang kepada dua hal yaitu Alquran dan Keluarga Suci Beliau:
Jika ingin langsung buka sekarang, bisa diklik Hadits Online ini, lalu carilah shahih muslim no. 4425
Dalam kitab itu, Muslim meriwayatkan:
Yang dimaksud dengan “Ahlul Baitku” dalam hadits di atas adalah keluarga Rasulullah saaw yang telah dijamin oleh Allah SWT tentang kesucian (kemaksumannya).
Dalam kitab Sahih Muslim, bab Keutamaan-Keutamaan Ahlul Bait, diriwayatkan hadits berasal dari Aisyah yang berkata,
Dalam menelaah satu hadis atau riwayat terlebih dahulu harus kita selidiki apakah hadis ini benar-benar bersumber dari Rasulullah saaw atau tidak? Untuk mengetahui hal ini, kita bisa merujuk kepada pakar-pakar hadis yang mengerti jalan dan sanad hadis.
Sebagaimana diketahui dengan jelas bahwa hadis ini diriwayatkan di dalam Sahih Muslim, dan ini menunjukkan akan kesahihannya, dikarenakan kaum Muslimin sepakat untuk mensahihkan seluruh hadis yang diriwayatkan Shahih Muslim.
Imam Suyuthi menyatakan bahwa hadis ini adalah shahih dan benar sanadnya. Juga Imam at-Thabari menjelaskan bahwa hadis ini adalah hadis shahih. At-Thabari menyatakan bahwa perawi-perawi hadis ini adalah orang-orang yang bisa di percaya. Selain itu, bahwa yang meriwayatkan hadis ini sangatlah banyak, diantaranya Muslim, at-Thurmudzi, Ahmad bin Hambal, dan Hakim Annaisaburi.
Dengan demikian sanad hadis ini menurut kesaksian para ahli hadis adalah shahih dan benar. Sehingga, sedemikian banyaknya yang meriwayatkan hadis ini tidak diragukan lagi bahwa hadis ini benar-benar bersumber dari Rasulullah saaw yang disaksikan oleh Allah bahwa beliau tidak pernah menyatakan sesuatu kecuali berdasarkan wahyu dari pada Allah.
Kemudian setelah mengetahui bahwa hadis ini sanadnya shahih maka kita harus menelaah isi dan kandungan hadis ini dan pesan apakah yang di sampaikan oleh Rasulullah dalam sabdanya ini?
Dalam hadis ini Rasulullah mengisyaratkan bahwa Nabi akan segera memenuhi panggilan Allah swt dan akan segera meninggalkan umat. Oleh karena itu Rasulullah menyampaikan wasiatnya agar umat sepeninggal beliau tidak tersesat dan jauh dari ajaran yang dibawa oleh Rasul.
Rasul dengan pasti mengetahui bahwa umat sepeninggal beliau akan kebingungan berkenaan dengan siapa yang bisa dijadikan rujukan setelah Rasul saaw? Siapakah yang akan menggantikan posisi Rasul setelah beliau, dimana semua urusan yang berhubungan dengan ajaran ilahi harus merujuk kepadanya. Baik yang berhubungan dengan aqidah, hukum, akhlaq, problem social dan lainnya. Agar tidak kebingungan, Rasulullah saaw menjelaskan rujukan yang harus di pegang oleh umat sepeniggal beliau saaw yaitu kitab Allah dan keluarga suci Rasul.
Setelah meriwayatkan hadis tsaqalain ini Ibnu Hajar sendiri pernah berkata, “Ketahuilah bahwa hadis tentang kewajiban berpegang teguh pada keduanya (Kitab Allah dan Ahlul Bait) diriwayatkan melalui berbagai jalan oleh lebih dari dua puluh orang sahabat”
Di antaranya disebutkan bahwa hadis itu diucapkan Rasulullah saaw di Arafah pada waktu haji wada. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa beliau mengucapkannya ketika sakit menjelang wafat, di hadapan para sahabat yang memenuhi kamar beliau. Riwayat lain lagi menyebutkan bahwa beliau mengucapkannya di Ghadir Khum. Ada juga riwayat yang menyebutkan bahwa beliau mengucapkan ucapannya itu pada saat beliau pulang dari Thaif, ketika beliau berpidato di hadapan para sahabat.
Rasulullah saaw sengaja mengulang-ulang pesannya itu di berbagai tempat dan situasi untuk menunjukkan betapa besar perhatian beliau terhadap Al-Qur’an dan Ahlul Bait yang suci.
BAGI YANG INGIN LEBIH MENGKAJI
Hadis perintah untuk berpegang teguh pada Kitab Allah dan ‘ltrah Ahlul Bait Nabi saaw ini atau yang senada dengan ini jumlahnya sangat-sangat banyak tercantum dalam kitab-kitab rujukan ahlussunnah/sunni. Bagi yang ingin mendalami lebih lanjut, silakan dibuka kitab-kitab berikut ini:
1. Riwayat hadis pada Ahmad bin Hanbal di dalam Musnadnya, jilid 3, halaman 14, 17, 26 dan 59, terbitan Dar Shadir Beirut – Lebanon.
2. Riwayat hadis dari Turmudzi, jilid 5, halaman 662 – 663, terbitan Dar Ihya at-Turats al-’Arabi.
3. Riwayat hadis pada al-Imam al-Hafidz Abi ‘Abdillah al-Hakim an-Naisaburi, di dalam kitab mustadraknya atas Bukhari dan Muslim, jilid 3, halaman 22, kitab Ma’rifah as-Shahabah, terbitan Dar al-Ma’rifah Beirut – Lebanon.
4. Kitab Kanz al-’Ummal fi Sunan al-Aqwal wa al- Af’al, juz pertama, bab kedua (bab berpegang teguh kepada Al- Qur’an dan sunah), halaman 172, terbitan Muassasah ar-Risalah Beirut, cetakan kelima, tahun 1985, yaitu hadis nomer 810, 871, 872 dan 873.
Di sini akan disebutkan sekumpulan para hafidz dan ulama yang meriwayatkan hadis ini. Adapun untuk lebih rincinya lagi silahkan Anda merujuk ke dalam kitab Ihqaq al-Haq, karya Asadullah al-Tusturi, jilid 9, halaman 311.
Sebagian dari mereka itu ialah:
1. Al-Hafidz ath-Thabrani, yang wafat tahun 340 H, di dalam kitabnya al-Mu ‘jam ash-Shaghir.
2. Allamah Muhibbuddin ath-Thabari, di dalam kitabnya Dzakha’ir al-’Uqba.
3. Allamah asy-Syeikh Ibrahim bin Muhammad bin Abi Bakar al-Himwani, di dalam kitabnya Fara’id as-Sirnthain.
4. Ibnu Sa’ad, di dalam kitabnya ath-Thabaqat al-Kubra.
5. Al-Hafidz as-Suyuthi, di dalam kitabnya Ihya al-Mayyit.
6. Al-Hafidz al-’Asqalani, di dalam kitabnya al-Mawahib al- Ladunniyyah.
7. Al-Hafidz Nuruddin al-Haitsami, di dalam kitabnya Majma’ az-zawa’id.
8. Allamah an-Nabhani, di dalam kitabnya al-Anwar al- Muhammadiyyah.
9. Allamah ad-Darimi, di dalam sunannya.
10. Al-Hafidz Abu Bakar Ahmad bin Husain bin Ali al-Baihaqi, di dalam kitabnya as-Sunan al-Kubra.
11. Allamah al-Baghawi, di dalam kitabnya Mashabih as-Sunnah.
12. Al-Hafidz Abu al-Fida bin Katsir ad-Dimasyqi, di dalam kitabnya Tafsir al-Qur’an.
13. Kitab Jami’ al-Atsir, karya Ibnu Atsir.
14. Muhaddis terkenal, Ahmad bin Hajar al-Haitsami al-Maliki, yang wafat pada tahun 914 Hijrah, di dalam
kitabnya ash- Shawa’ig al-Muhriqah fi ar-Radd ‘ala Ahlil Bida’ wa az- Zanadiqah, cetakan kedua, tahun 1965, Perpustakaan Kairo.
Jumlah Perawi Dari Kalangan Sahabat
Hadis ini telah mencapai derajat mutawatir dari sekumpulan sahabat, dan inilah sebagian nama-nama mereka:
1. Zaid bin Arqam.
2. Abu sa’id al-Khudri.
3. Jabir bin Abdullah.
4. Hudzaifah bin Usaid.
5. Khuzaimah bin Tsabit.
6. Zaid bin Tsabit.
7. Suhail bin Sa’ad.
8. Dhumair bin al-Asadi,
9. ‘Amir bin Abi Laila (al-Ghifari).
10. Abdurrahman bin ‘Auf.
11. Abdullah bin Abbas.
12. Abdullah bin Umar.
13. ‘Uday bin Hatim.
14. ‘Uqbah bin ‘Amir.
15. Ali bin Abi Thalib.
16. Abu Dzar al-Ghifari.
17. Abu Rafi’.
18. Abu Syarih al-Khaza’i.
19. Abu Qamah al-Anshari.
20. Abu Hurairah.
21. Abu Hatsim bin Taihan.
22. Ummu Salamah.
23. Ummu Hani binti Abi Thalib.
24. Dan banyak lagi laki-laki dari kalangan Quraisy.
Jumlah Perawi Dari Kalangan Thabi’in
Penukilan hadis ini juga telah mencapai tingkatan mutawatir pada jaman tabi’in, dan inilah sebagian dari para tabi’in
yang menukil hadis “Kitab Allah dan ‘itrahku”:
1. Abu Thufail ‘Amir bin Watsilah.
2. ‘Athiyyah bin Sa’id al-’Ufi.
3. Huns bin Mu’tamar.
4. Harits al-Hamadani
5. Hubaib bin Abi Tsabit.
6. Ali bin Rabi’ah.
7. Qashim bin Hisan.
8. Hushain bin Sabrah.
9. ‘Amr bin Muslim.
10. Abu Dhuha Muslim bin Shubaih.
11. YahyabinJu’dah.
12. Ashbagh bin Nabatah.
13. Abdullahbin Abirafi’.
14. Muthalib bin Abdullah bin Hanthab.
15. Abdurrahman bin Abi sa’id.
16. Umar bin Ali bin Abi Thalib.
17. Fathimah binti Ali bin Abi Thalib.
18. Hasan bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib.
19. Ali Zainal Abidin bin Husain, dan yang lainnya.
Jumlah Para Perawi Hadis Ini Pada Tiap-Tiap Abad
Adapun orang yang meriwayatkan hadis ini sesudah jaman sahabat dan tabi’in, dari kalangan ulama umat, para penghafal hadis dan para imam terkenal selama berabad-abad, bukanlah suatu jumlah yang dapat kami sebutkan nama dan riwayat mereka satu persatu.
Sekelompok para ulama dan peneliti telah menghitung jumlah mereka, dan untuk lebih rincinya silahkan Anda merujuk kepada kitab ‘Abagat al-Anwar, juz pertama dan kedua, antara lain:
• Abad kedua: Jumlah perawi sebanyak 36 orang.
• Abad ketiga: Jumlah perawi sebanyak 69 orang.
• Abad keempat: Jumlah perawi sebanyak 38 orang.
• Abad kelima: Jumlah perawi sebanyak 21 orang.
• Abad keenam: Jumlah perawi sebanyak 27 orang.
• Abad ketujuh: Jumlah perawi sebanyak 21 orang.
• Abad kedelapan: Jumlah perawi sebanyak 24 orang.
• Abad kesembilan: Jumlah perawi seabanyak 13 orang.
• Abad kesepuluh: Jumlah perawi sebanyak 20 orang.
• Abad kesebelas: Jumlah perawi sebanyak 11 orang.
• Abad kedua belas: Jumlah perawi sebanyak 18 orang.
• Abad ketiga belas: Jumlah perawi sebanyak 12 orang.
• Abad keempat belas: Jumlah perawi sebanyak 13 orang.
“Aku tinggalkan padamu sesuatu yang jika kamu berpegang teguh kepadanya niscaya kamu tidak akan sesat selama-lamanya sepeninggalku, yaitu Kitab Allah dan ‘ltrah Ahlul Baitku”.Selengkapnya hadits ini bisa dilihat pada Kitab Sahih Muslim, juz 4, halaman 123, terbitan Dar al-Ma’arif Beirut – Lebanon.
Jika ingin langsung buka sekarang, bisa diklik Hadits Online ini, lalu carilah shahih muslim no. 4425
Dalam kitab itu, Muslim meriwayatkan:
“… wahai manusia, sesungguhnya aku ini manusia yang hampir didatangi oleh utusan Tuhanku, maka aku pun menghadap-Nya. Sesungguhnya aku tinggalkan padamu dua perkara yang amat berharga, yang pertama adalah Kitab Allah, yang merupakan tali Allah. Barangsiapa yang mengikutinya maka dia berada di atas petunjuk, dan barangsiapa yang meninggalkannya maka dia berada di atas kesesatan. Adapun yang kedua adalah Ahlul Baitku. Demi Allah, aku peringatkan kamu akan Ahlul Baitku, aku peringatkan kamu akan Ahlul Baitku, aku peringatkan kamu akan Ahlul Baitku.’Siapa Yang Dimaksud Oleh Rasulullah SAAW?
Yang dimaksud dengan “Ahlul Baitku” dalam hadits di atas adalah keluarga Rasulullah saaw yang telah dijamin oleh Allah SWT tentang kesucian (kemaksumannya).
“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya.” (QS. Al-Ahzab : 33).Siapa saja diantaranya?
Dalam kitab Sahih Muslim, bab Keutamaan-Keutamaan Ahlul Bait, diriwayatkan hadits berasal dari Aisyah yang berkata,
“Rasulullah saw pergi ke luar rumah pagi-pagi sekali dengan mengenakan pakaian (yang tidak dijahit) yang bergambar. Lalu Hasan bin Ali datang, dan Rasulullah saw memasukkannya ke dalam pakaiannya; lalu Husein datang, dan Rasulullah saw memasukkannya ke dalam pakaiannya; lalu datang Fatimah, dan Rasulullah saw pun memasukkannya dalam pakaiannya; berikutnya Ali juga datang, dan Rasulullah saw pun memasukkannya dalam pakaiannya; kemudian Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya.” (QS. Al-Ahzab : 33)APAKAH HADITS INI SHAHIH?
Dalam menelaah satu hadis atau riwayat terlebih dahulu harus kita selidiki apakah hadis ini benar-benar bersumber dari Rasulullah saaw atau tidak? Untuk mengetahui hal ini, kita bisa merujuk kepada pakar-pakar hadis yang mengerti jalan dan sanad hadis.
Sebagaimana diketahui dengan jelas bahwa hadis ini diriwayatkan di dalam Sahih Muslim, dan ini menunjukkan akan kesahihannya, dikarenakan kaum Muslimin sepakat untuk mensahihkan seluruh hadis yang diriwayatkan Shahih Muslim.
Imam Suyuthi menyatakan bahwa hadis ini adalah shahih dan benar sanadnya. Juga Imam at-Thabari menjelaskan bahwa hadis ini adalah hadis shahih. At-Thabari menyatakan bahwa perawi-perawi hadis ini adalah orang-orang yang bisa di percaya. Selain itu, bahwa yang meriwayatkan hadis ini sangatlah banyak, diantaranya Muslim, at-Thurmudzi, Ahmad bin Hambal, dan Hakim Annaisaburi.
Dengan demikian sanad hadis ini menurut kesaksian para ahli hadis adalah shahih dan benar. Sehingga, sedemikian banyaknya yang meriwayatkan hadis ini tidak diragukan lagi bahwa hadis ini benar-benar bersumber dari Rasulullah saaw yang disaksikan oleh Allah bahwa beliau tidak pernah menyatakan sesuatu kecuali berdasarkan wahyu dari pada Allah.
Kemudian setelah mengetahui bahwa hadis ini sanadnya shahih maka kita harus menelaah isi dan kandungan hadis ini dan pesan apakah yang di sampaikan oleh Rasulullah dalam sabdanya ini?
Dalam hadis ini Rasulullah mengisyaratkan bahwa Nabi akan segera memenuhi panggilan Allah swt dan akan segera meninggalkan umat. Oleh karena itu Rasulullah menyampaikan wasiatnya agar umat sepeninggal beliau tidak tersesat dan jauh dari ajaran yang dibawa oleh Rasul.
Rasul dengan pasti mengetahui bahwa umat sepeninggal beliau akan kebingungan berkenaan dengan siapa yang bisa dijadikan rujukan setelah Rasul saaw? Siapakah yang akan menggantikan posisi Rasul setelah beliau, dimana semua urusan yang berhubungan dengan ajaran ilahi harus merujuk kepadanya. Baik yang berhubungan dengan aqidah, hukum, akhlaq, problem social dan lainnya. Agar tidak kebingungan, Rasulullah saaw menjelaskan rujukan yang harus di pegang oleh umat sepeniggal beliau saaw yaitu kitab Allah dan keluarga suci Rasul.
Setelah meriwayatkan hadis tsaqalain ini Ibnu Hajar sendiri pernah berkata, “Ketahuilah bahwa hadis tentang kewajiban berpegang teguh pada keduanya (Kitab Allah dan Ahlul Bait) diriwayatkan melalui berbagai jalan oleh lebih dari dua puluh orang sahabat”
Di antaranya disebutkan bahwa hadis itu diucapkan Rasulullah saaw di Arafah pada waktu haji wada. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa beliau mengucapkannya ketika sakit menjelang wafat, di hadapan para sahabat yang memenuhi kamar beliau. Riwayat lain lagi menyebutkan bahwa beliau mengucapkannya di Ghadir Khum. Ada juga riwayat yang menyebutkan bahwa beliau mengucapkan ucapannya itu pada saat beliau pulang dari Thaif, ketika beliau berpidato di hadapan para sahabat.
Rasulullah saaw sengaja mengulang-ulang pesannya itu di berbagai tempat dan situasi untuk menunjukkan betapa besar perhatian beliau terhadap Al-Qur’an dan Ahlul Bait yang suci.
BAGI YANG INGIN LEBIH MENGKAJI
Hadis perintah untuk berpegang teguh pada Kitab Allah dan ‘ltrah Ahlul Bait Nabi saaw ini atau yang senada dengan ini jumlahnya sangat-sangat banyak tercantum dalam kitab-kitab rujukan ahlussunnah/sunni. Bagi yang ingin mendalami lebih lanjut, silakan dibuka kitab-kitab berikut ini:
1. Riwayat hadis pada Ahmad bin Hanbal di dalam Musnadnya, jilid 3, halaman 14, 17, 26 dan 59, terbitan Dar Shadir Beirut – Lebanon.
2. Riwayat hadis dari Turmudzi, jilid 5, halaman 662 – 663, terbitan Dar Ihya at-Turats al-’Arabi.
3. Riwayat hadis pada al-Imam al-Hafidz Abi ‘Abdillah al-Hakim an-Naisaburi, di dalam kitab mustadraknya atas Bukhari dan Muslim, jilid 3, halaman 22, kitab Ma’rifah as-Shahabah, terbitan Dar al-Ma’rifah Beirut – Lebanon.
4. Kitab Kanz al-’Ummal fi Sunan al-Aqwal wa al- Af’al, juz pertama, bab kedua (bab berpegang teguh kepada Al- Qur’an dan sunah), halaman 172, terbitan Muassasah ar-Risalah Beirut, cetakan kelima, tahun 1985, yaitu hadis nomer 810, 871, 872 dan 873.
Di sini akan disebutkan sekumpulan para hafidz dan ulama yang meriwayatkan hadis ini. Adapun untuk lebih rincinya lagi silahkan Anda merujuk ke dalam kitab Ihqaq al-Haq, karya Asadullah al-Tusturi, jilid 9, halaman 311.
Sebagian dari mereka itu ialah:
1. Al-Hafidz ath-Thabrani, yang wafat tahun 340 H, di dalam kitabnya al-Mu ‘jam ash-Shaghir.
2. Allamah Muhibbuddin ath-Thabari, di dalam kitabnya Dzakha’ir al-’Uqba.
3. Allamah asy-Syeikh Ibrahim bin Muhammad bin Abi Bakar al-Himwani, di dalam kitabnya Fara’id as-Sirnthain.
4. Ibnu Sa’ad, di dalam kitabnya ath-Thabaqat al-Kubra.
5. Al-Hafidz as-Suyuthi, di dalam kitabnya Ihya al-Mayyit.
6. Al-Hafidz al-’Asqalani, di dalam kitabnya al-Mawahib al- Ladunniyyah.
7. Al-Hafidz Nuruddin al-Haitsami, di dalam kitabnya Majma’ az-zawa’id.
8. Allamah an-Nabhani, di dalam kitabnya al-Anwar al- Muhammadiyyah.
9. Allamah ad-Darimi, di dalam sunannya.
10. Al-Hafidz Abu Bakar Ahmad bin Husain bin Ali al-Baihaqi, di dalam kitabnya as-Sunan al-Kubra.
11. Allamah al-Baghawi, di dalam kitabnya Mashabih as-Sunnah.
12. Al-Hafidz Abu al-Fida bin Katsir ad-Dimasyqi, di dalam kitabnya Tafsir al-Qur’an.
13. Kitab Jami’ al-Atsir, karya Ibnu Atsir.
14. Muhaddis terkenal, Ahmad bin Hajar al-Haitsami al-Maliki, yang wafat pada tahun 914 Hijrah, di dalam
kitabnya ash- Shawa’ig al-Muhriqah fi ar-Radd ‘ala Ahlil Bida’ wa az- Zanadiqah, cetakan kedua, tahun 1965, Perpustakaan Kairo.
Jumlah Perawi Dari Kalangan Sahabat
Hadis ini telah mencapai derajat mutawatir dari sekumpulan sahabat, dan inilah sebagian nama-nama mereka:
1. Zaid bin Arqam.
2. Abu sa’id al-Khudri.
3. Jabir bin Abdullah.
4. Hudzaifah bin Usaid.
5. Khuzaimah bin Tsabit.
6. Zaid bin Tsabit.
7. Suhail bin Sa’ad.
8. Dhumair bin al-Asadi,
9. ‘Amir bin Abi Laila (al-Ghifari).
10. Abdurrahman bin ‘Auf.
11. Abdullah bin Abbas.
12. Abdullah bin Umar.
13. ‘Uday bin Hatim.
14. ‘Uqbah bin ‘Amir.
15. Ali bin Abi Thalib.
16. Abu Dzar al-Ghifari.
17. Abu Rafi’.
18. Abu Syarih al-Khaza’i.
19. Abu Qamah al-Anshari.
20. Abu Hurairah.
21. Abu Hatsim bin Taihan.
22. Ummu Salamah.
23. Ummu Hani binti Abi Thalib.
24. Dan banyak lagi laki-laki dari kalangan Quraisy.
Jumlah Perawi Dari Kalangan Thabi’in
Penukilan hadis ini juga telah mencapai tingkatan mutawatir pada jaman tabi’in, dan inilah sebagian dari para tabi’in
yang menukil hadis “Kitab Allah dan ‘itrahku”:
1. Abu Thufail ‘Amir bin Watsilah.
2. ‘Athiyyah bin Sa’id al-’Ufi.
3. Huns bin Mu’tamar.
4. Harits al-Hamadani
5. Hubaib bin Abi Tsabit.
6. Ali bin Rabi’ah.
7. Qashim bin Hisan.
8. Hushain bin Sabrah.
9. ‘Amr bin Muslim.
10. Abu Dhuha Muslim bin Shubaih.
11. YahyabinJu’dah.
12. Ashbagh bin Nabatah.
13. Abdullahbin Abirafi’.
14. Muthalib bin Abdullah bin Hanthab.
15. Abdurrahman bin Abi sa’id.
16. Umar bin Ali bin Abi Thalib.
17. Fathimah binti Ali bin Abi Thalib.
18. Hasan bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib.
19. Ali Zainal Abidin bin Husain, dan yang lainnya.
Jumlah Para Perawi Hadis Ini Pada Tiap-Tiap Abad
Adapun orang yang meriwayatkan hadis ini sesudah jaman sahabat dan tabi’in, dari kalangan ulama umat, para penghafal hadis dan para imam terkenal selama berabad-abad, bukanlah suatu jumlah yang dapat kami sebutkan nama dan riwayat mereka satu persatu.
Sekelompok para ulama dan peneliti telah menghitung jumlah mereka, dan untuk lebih rincinya silahkan Anda merujuk kepada kitab ‘Abagat al-Anwar, juz pertama dan kedua, antara lain:
• Abad kedua: Jumlah perawi sebanyak 36 orang.
• Abad ketiga: Jumlah perawi sebanyak 69 orang.
• Abad keempat: Jumlah perawi sebanyak 38 orang.
• Abad kelima: Jumlah perawi sebanyak 21 orang.
• Abad keenam: Jumlah perawi sebanyak 27 orang.
• Abad ketujuh: Jumlah perawi sebanyak 21 orang.
• Abad kedelapan: Jumlah perawi sebanyak 24 orang.
• Abad kesembilan: Jumlah perawi seabanyak 13 orang.
• Abad kesepuluh: Jumlah perawi sebanyak 20 orang.
• Abad kesebelas: Jumlah perawi sebanyak 11 orang.
• Abad kedua belas: Jumlah perawi sebanyak 18 orang.
• Abad ketiga belas: Jumlah perawi sebanyak 12 orang.
• Abad keempat belas: Jumlah perawi sebanyak 13 orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar