Neraka Nafsu
"Jika kamu sekalian dalam
keraguan terhadap apa yang Kami turunkan terhadap hamba Kami, maka
datangkanlah satu surat (saja) yang sepadan dengannya, dan undanglah
para saksi-saksi kamu selain Allah, jika kamu termasuk
orang-orang yang benar."
"Maka apabila kamu belum
berbuat dan tidak melakukan, maka takutlah pada neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu, yang disediakan untuk orang-orang
kafir."
Ayat ini masih terkait dengan ayat-ayat sebelumnya.
Allah masih membicarakan masalah iman dan kekafiran, ibadah dan akibat
dari penolakan terhadap keimanan itu sendiri. Di samping itu,
faktor-faktor hijab yang menutupi mata hati mereka sehingga mereka
berani menentang atau ragu-ragu terhadap ayat Allah masih kental dalam
ayat di atas.
Akal manusia memiliki kreasi berfikir secara
sistematis, sehingga berkembang bersama nafsu untuk membuat sistem
tandingan, termasuk keinginan menandingi ayat-ayat al-Qur'an. Di sana
mulai muncul keraguan-keraguan atau skeptisisme, yang mempertanyakan
keyakinan atas Eksistensi Allah SWT. Padahal Allah Ta'ala juga Maha Tahu
jika manusia tidak akan mampu menandingi-Nya dalam manifestasi Sifat
maupun Af'aal-Nya.
Keraguan itu merembet pada Hak Kenabian
Muhammad SAW, hanya karena Muhammad SAW, manusia biasa, seperti mereka
pula. Tetapi mereka lupa, bahwa posisi pilihan Allah Ta'ala kepada
Muhammad SAW, sebagai Nabi dan Rasul mengandung rahasia besar yang tak
bisa mereka ungkapkan. Di sinilah mereka terhijab oleh pemikiran dan
logikanya sendiri. Logika yang biasanya didasarkan melalui
sistematik-matematik, sebab akibat sejarah, fenomena-fenomena
eksperimental,dan bukti-bukti rasional.
Secara tegas Allah
memberikan ancaman, manakala kamu sekalian tidak mampu berbuat
sebagaimana tantangan Allah, maka kalian harus beriman dan ber-Islam,
menghindari sikap keras kepala yang menjerumuskan kalian pada neraka.
Dan neraka itu memang bahan bakarnya manusia dan batu. Api neraka bisa
menyala-nyala jika diberi bahan bakar manusia dan batu. Maksudnya, nafsu
manusialah yang menyalakan api itu hingga berkobar, nafsu yang terus
menerus mengeras, berubah seperti batu, dan semakin panas. Panasnya
nafsu dan kerasnya hati yang membatu, telah menjadi tirai yang
menghalangi keyakinan manusia yang kafir kepada Allah Ta'ala. Akhirnya
secara spiritual ia tersiksa oleh kobaran nafsunya sendiri.
Kecintaan
manusia pada materi duniawi, telah menghalangi kecintaannya kepada
Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Seseorang akan dikumpulkan
beserta yang dicintainya, bahkan seandainya ia mencintai batu sekali
pun, ia akan bersama batu itu."
Lalu apa yang diandalkan manusia
dalam proses ruhaninya ketika kecintaannya tertumpu selain Allah dan
Rasul-Nya? Apa yang bisa digambarkan seseorang bisa bertemu Allah jika
dalam hatinya penuh dengan gambaran-gambaran duniawi ini?.
Karena
itu Allah mengakhiri ayat tersebut, dengan kalimat "U'iddat
lil-Kaafirin". Bahwa neraka itu disediakan untuk orang-orang kafir,
semata karena orang kafir itu telah terputus dan terhijab dari cita-cita
luhur mereka, dengan mengabaikan Allah sebagai Tuhan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar