Sabtu, 06 April 2013

Al-Baqarah Ayat 30

Khilafah Sufistik
“Dan ingatlah Tuhamu berfirman kepada para malaikat,” Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi.” Mereka berkata,” Apakah Engkau hendak menjadikan (khilafah) dimuka bumi itu orang yang melakukan perusakan didalamnya dan mengalirkan darah. Dan kami bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan hanya pada-Mu.” Maka Allah berfirman,”Sesungguhnya Aku Maha Tahu apa yang tidak kalian ketahui.”


Ayat ini mengisyaratkan rahasia Tuhan :
Pertama, tentang positioning malaikat dalam tata jagat semesta kemahlukkan yang pengetahuannya terbatas pada obyek-obyek dibawahnya sehingga ia tidak mengetahui rahasia-rahasia alam yang ada diatasnya.
Dua, positioning manusia yang diangkat sebagai khalifah dimuka bumi menunjukkan bahwa adanya yang tersembunyi dalam diri manusia itu sendiri yang tidak diketahui oleh para malaikat. Rahasia-rahasia itu antara lain, manusia diberi baju Adma’, Sifat, Af’al dan Dzat Allah yang ada dalam rahasia Ruh Allah.
Ketiga, malaikat memandang manusia sebagai perusak bumi dan pembunuh sesama, hal ini disebabkan oleh perspektif malaikat itu sendiri bahwa manusisa adalah wujud dari alam ruhani dan alam jasmani dimana ketika terjadi pertemuan kedua alam itu muncul hawa nafsu. Nafsu kebinatangan disatu sisi dan nafsu keganasan disisi lain yang menjadi cirri khas nafsu itu sendiri.
Keempat, ketidaktahuan malaikat terhadap rahasia Allah dibalik penjadian kekhalifahan disebabkan adanya hijab yang menghalangi musyahadahnya dengan Allah SWT. Karena pada hakikatnya memang hanya manusia saja yang bisa berhadapan dengan Allah.
Kelima, rahasia Allah justru terletak pada perpaduan dunia ruh dan dunia fisik yang ada pada manusia. Sesungguhnya ayat tersebut juga obyek dunia sufi mengenai konsep kekhalifahan sufistik. Para sufi memandang, bahwa khalifah adalah tajalli(manifestasi)-Nya Allah yang direspon oleh para hamba dalam ke-fana’an terhadap jabarut dan malakut serta lahut-nya Allah Ta’ala. Karena itu ayat tersebut juga mengandung rahasia keabadian yang merupakan pertemuan antara yang ‘azali dan yang abadi.

Berarti ada lima elemen utama yang minimal harus diketahui oleh manusia untuk mencapai derajat khalifah yang hakiki.


  1. Manusia dapat mencapai derajat khalifah manakala manusia mampu mengalami ke-fana’-an total dalam ke-baqa’-an-Nya.
  2. Manusia yang mengenal dirinya dalam ke-fana’an itu maka a akan mengenal Allah dalam ke-baqa’-an-Nya.
  3. Sebuah kata-kata dari Allah seperti ayat diatas adalah wujud kepastian yang nyata.
  4. Derajat kekhalifahan hanya bisa dicapai manakala manusia bisa mengalahkan nafsu hewani dan nafsu kebuasan yang destruktif.
  5. Sirrulah (rahasia Allah), justru dihijabi yang pada hakikatnya tidak ada, apa yang kita lihat ada sekitar kita bukanlah ada yang sesungguhnya, sebab hakikat ada ialah Allah itu sendiri. Oleh karena itu tazkiyatun nafs yang diberikan oleh para sufi melalui pendidikan dan latihan ruhani merupakan gerbang awal dari Tasbih, Tahmid dan Taqdis yang selama ini menjadi wahana para malaikat sekaligus menjadi batin dari alam malakut. Dan kelak, seorang hamba baru akan “diwisuda” oleh Allah melalui toga kekhalifahan.

Protes malaikat diatas juga disebabkan oleh ketidaktahuannya akan perpaduan dua alam yang tersembunyi didalamnya, penampilan makna-makna Uluhiyah dan sifat-sifat Rabbaniyah. Yang dilihat malaikat hanyalah nafsu syahwat dan marah, yang melahirkan dsetruksi peperangan dan perusakan bumi, karena hubungan antara ruh dan badan. Wallahu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar