Balasan Orang-orang Beriman
"Dan berilah
kegembiraan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang beramal saleh,
bahwa mereka mendapatkan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya. Setiap mereka diberi
rizki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan, "Inilah
yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan
yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan
mereka kekal di dalamnya.”
"Sesungguhnya Allah tiada malu
membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu.
Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu
benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir, "Apakah maksud Allah
menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang
yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu banyak orang yang
diberi-Nya petunjuk Allah. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali
orang-orang yang fasik.”
Ayat di atas menggambarkan bagaimana
sebuah kesadaran ruhani hanya bisa diraih oleh orang yang beriman dan
beramal saleh. Sementara Allah juga menampakkan adanya sebuah maqam, di
mana ilmu-ilmu Ilahiah mengalir, yang digambarkan sebagai
bengawan-bengawan surgawi. Bahwa sungai atau bengawan itu, dalam
perspektif kehidupan dunia, memang merupakan pandangan yang teramat
indah, di samping sungai-sungai memang memberikan aliran kehidupan yang
bisa dijadikan perangkat bagi tumbuhnya tanaman-tanaman dan kemakmuran.
Ketika
mereka diberi limpahan rizki berupa buah maqamat (tahapan ruhani),
seperti limpahan syukur, taubat, ridla, ketaqwaan, dzikir, qana'ah,
zuhud, mahabbah dan ma’rifah, tiba-tiba mereka teringat betapa buah
maqamat itu sesungguhnya pernah ia lihat sebelumnya ketika dalam
kehidupan dunia. Namun kehidupan dunia telah berbaur dengan nafsu yang
menghijabinya, menutup dengan tirainya, sampai akhirnya nuansa hati yang
sebenarnya sirna.
Hikmah-hikmah Ilahiah, yang hilang sepertinya
ditemukan kembali dalam aliran sungai ma'rifah itu. "Al-Hikmatu
Dlaallatul Mu'min." (Hikmah adalah hilangnya barang berharganya orang
yang beriman). Jadi hikmah yang hakiki itu baru didapatkan kembali
ketika ia mulai mendapatkan kiriman buah-buah maqamat jiwa di dalam
surga.
Sementara itu istri-istri yang digambarkan sebagai
bidadari yang suci. Maksudnya adalah jiwa-jiwa keindahan yang suci yang
tercermin dalam sosok-sosok bidadari. Jiwa yang tidak terasuki nafsu dan
syetan serta watak-watak duniawiah dan kotornya anasir-ansir duniawi
lainnya.
Sedangkan ayat selanjutnya, mengenai pernyataan Allah
Ta’ala bahwa Diri-Nya tidak segan membuat perumpamaan dengan sebuah
misal tentang nyamuk, pada hakikatnya adalah kritik yang halus betapa
sesungguhnya orang-orang kafir itu lebih hina dibanding nyamuk sekali
pun. Sebab sayap-sayap kafir yang diperumpamakan nyamuk itu, adalah
bersayap duniawiah. Tetapi perumpamaan itu dianggap bukan sebagai
kebenaran oleh orang-orang yang sesat, yang digambarkan sebagai kalangan
fasik. Yakni kefasikan mereka akibat mereka sendiri telah keluar dari
alam kalbu menuju alam nafsu.
Kalangan fasik ini nilainya memang
sedikit rendah dibanding kalangan kafir. Namun bahwa pembangkangan
mereka itulah yang menyebabkan mereka terjerumus dalam kekafirannya.
Kefasikannya telah membuatnya sesat, dan sesatnya berada dalam kegelapan
yang mencekam, hanya karena mereka ingkar atas datangnya al-Qur'an.
Maka semakin tambah jauh, semakin gelap, semakin gulita.
Allah
memang sering membuat perumpamaan-perumpamaan untuk lebih mudah
difahami. Karena itu orang yang memang memiliki keimanan yang dalam akan
senantiasa menyatakan betapa perumpamaan itu memang datang dari Allah
SWT. Hanya sebuah kefasikan saja yang menghalangi seseorang untuk
melihat suatu anugerah pengetahuan dan hikmah Ketuhanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar