Pelajaran Degradasi Spiritual dari Bani IsrailDimaksud
perjanjian adalah janji yang lalu maupun yang akan datang, yang ada
dalam Taurat, atau yang dialamnya ada bukti-bukti rasional melaui
pentauhidan Tindakan Ilahi dan Sifat-sifat Ilahi, lalu disanalah
diangkat ke dalam kesan otak dari pemahaman hakikat makna-maknanya.
"Ketika
Kami mengambil perjanjianmu dan meninggikan di atasmu bukit, "Ambillah
apa yang Kami datangkan kepadamu dengan kegigihan, dan perhatikanlah apa
yang di dalamnya agar kamu menjadi orang yang bertaqwa." (Q.S.
Al-Baqarah : 63)
"Kemudian setelah itu kamu belokkan. Kalau bukan
karena anugerah Allah kepadamu dan rahmatNya, niscaya kamu tergolong
orang-orang yang merugi.” (Q.S. Al-Baqarah : 64)
Maka terimalah
apa yang Kami sampaikan di dalam Taurat yang merupakan (Al-Kitabul 'Aqly
al-Furqany) dengan sikap yang serius dan gigih. Maka jagalah aturan
hukum, pengetahuan, hakikat, dan syariatnya, agar kalian bisa menjaga
diri dari kemusyrikan, kebodohan dan kefasikan.
Tetapi setelah
itu, kamu lebih mengarah kepada orientasi kerendahan. Kalau bukan Fadhal
dan Rahmat Allah melalui hidayah terhadap arah akalmu, dan RahmatNya
melalui Cahaya hati dan syariatmu, pasti kalian tergolong orang yang
rugi.
Ulasan
Inilah peringatan Allah kepada
Bani Israil ketika kaum Nabi Musa ini mulai menyimpang dari Arah Tauhid
yang hakiki, menuju arah kerendahdinaan kebodohan. Sebuah pelajaran bagi
kita, agar kita tetap berpegang pada Hidayah dan Cahaya Allah yang
membimbing akal dan hati kita, jangan sampai kita dibimbing oleh nafsu
dan ego kita yang rendah. Karena nafsu dan ego ini merupakan hijab yang
menutupi hidayah dan cahayaNya.
Hakikat makna-makna yang tercetak
dibalik ayat-ayat Ilahi adalah pengetahuan dan kema'rifatan atas
Tauhidnya. Tetapi eksploitasi keakuan dan nafsu telah menyeret seseorang
kepada pengabaian, penolakan terhadap anugerah dan Cahaya Allah, Fadhal
dan RahmatNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar